JAKARTA , BANPOS – Ekspor masih menjadi perhatian utama pemerintah untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2019. Pelambat ekspor dikhawatirkan makin mempengaruhi pertumbuhan ekonomi tahun ini.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, ekspor merupakan salah satu komponen penyokong pertumbuhan ekonomi selain konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, impor, dan Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB).
“Kita berikan stimulan, seperti berbagai kebijakan untuk mendorong ekspor dan investasi. Kita juga beri stimulan bagi dunia usaha,” ujar Sri Mulyani.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kinerja ekspor Indonesia sepanjang periode Januari-Agustus 2019 hanya 110,07 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau merosot 8,28 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Perang dagang AS-China jadi salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran di pasar global. Imbasnya, kinerja ekspor dan impor In donesia ikut tertekan.
Dilanjutkan wanita yang akrab disapa Ani itu, untuk memastikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sesuai dengan target, pihaknya terus memantau kondisi perekonomian global. Salah satunya, terkait tren penurunan harga komoditas batu bara.
“Kita akan lihat, karena komoditas, seperti batu bara harganya kan terus bergerak. Kita lihat saja ya sampai akhir tahun,” kata dia.
Dengan demikian, kata Ani, pe merintah dapat melihat dam pak penurunan harga komoditas terhadap kinerja ekonomi domestik. Khususnya, pada penerimaan negara, baik dari pajak dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
“Harga minyak, harga kelapa sawit, batu bara itu tentu mempengaruhi tidak hanya PNBP, tapi juga pajak kita,” ungkapnya.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Suahasil Nazara menyatakan, pemerintah telah mengantisipasi perlambatan pertumbuhan ekonomi tahun ini.
Bahkan, Kemenkeu memperkirakan perekonomian Indonesia tahun ini hanya di kisaran 5,08 persen atau lebih rendah dari tahun lalu, 5,17 persen. Proyeksi tersebut juga di bawah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 yang dipatok 5,3 persen.
“Estimasi tersebut, masih sesuai dengan kondisi perekonomian global. Perkiraan itu dikeluarkan karena angka perdagangan yang juga terkontraksi. Pendapatan masyarakat Indonesia di luar negeri juga tidak tumbuh sesuai harapan se belumnya,” ujar Suahasil.
Ke depan, kata Suahasil, kebijakan fiskal pemerintah diproyeksikan akan semakin akomodatif dan bakal menggenjot pembangunan infrastruktur pada tahun-tahun ke depan. “Kebijakan-kebijakan fiskal yang tergolong baru akan kita efek tifkan lagi pada tahun depan,” tegasnya.
Sebelumnya, Bank Dunia mem prediksi pertumbuhan ekono mi Indonesia hanya akan tumbuh 5 persen di 2019 ini. Angka ini turun dari prediksi April lalu, yakni 5,1 persen.
Sementara, ekonomi RI bakal be rada di level 5,1 persen pada 2020 atau turun dari prediksi sebelumnya 5,2 persen. Ekonomi RI baru akan mencapai 5,2 persen di 2021 nanti. (NOV/AZM/RMCO)
Tinggalkan Balasan