Pers Terancam di Tengah Pandemi

SERANG, BANPOS – Media pers pada masa Pandemi Covid-19 menjadi salah satu unsur yang penting bagi masyarakat. Kendati demikian, media pers menjadi salah satu unsur yang paling terancam dengan situasi yang terjadi akibat Pandemi Covid-19.

Hal tersebut terungkap dalam webinar yang diselenggarakan oleh UKM Jurnalistik Untirta dengan tajuk ‘Media Pers dalam Pusaran Covid-19’ melalui aplikasi Google Meet.

Webinar yang diikuti ratusan peserta tersebut menghadirkan tiga narasumber, diantaranya yakni News Producer TvOne, Abdul Mu’iz Sutaji; Sekjen Ikatan Jurnalis Televisi (IJTI) Banten, Mahesa Apriandi dan Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta, Asnil Bambani.

Ketua Umum UKM Jurnalistik Untirta, Fatur Rohman, dalam sambutannya mengatakan bahwa di tengah pandemi Covid-19 saat ini, terdapat tantangan baru bagi media pers dalam menjalankan kesehariannya di bidang jurnalistik.

“Pada situasi saat ini, tentunya terdapat tantangan baru bagi media pers. Bagaimana media bisa bertahan dari bayangan keterpurukan, kemudian bagaimana media pers melindungi para jurnalisnya agar tidak terpapar Covid-19. Hal ini yang perlu sama-sama kita ketahui,” ujarnya, Sabtu (4/7).

Fatur menuturkan bahwa kehadiran media pers dalam pengungkapan informasi di tengah masyarakat adalah sesuatu yang penting. Akan tetapi juga harus menyajikan informasi yang tidak membuat masyarakat takut.

“Media pers jadi arus utama dalam hal menginformasikan, penting menyebarluaskan informasi yang akurat, berimbang, dan tidak membuat ketakutan kepada masyarakat,” ucapnya.

Salah satu narasumber, Abdul Mu’iz, mengatakan bahwa media pers mendapati tantangan dari segi produksi, ekonomi dan ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK).

“Tantangan media pers dalam situasi pandemi Covid-19 terlihat dari produksi pemberitaan yang menurun, ekonomi dan juga ancaman PHK,” terangnya.

Senada disampaikan oleh narasumber lainnya, Asnil. Ia mengungkapkan bahwa jurnalis mendapat tantangan-tantangan seperti terbatasnya ruang gerak dan turunnya pemasukan.

Dalam paparannya, Asnil juga menyoroti adanya kekerasan digital terhadap jurnalis. Menurutnya, kekerasan tersebut tak hanya terjadi di tahun ini saja.

“Sejumlah jurnalis ada yang mendapat ancaman pembunuhan, persekusi dan di-doxing atas pemberitaan yang dibuatnya,” jelas Asnil.

Sementara itu, salah satu narasumber lainnya, Mahesa, mengkritisi kinerja dari pemerintah daerah (pemda) yang kurang siap akan kebutuhan media.

“Pemda gagap informasi adanya dampak Covid-19, padahal itu merupakan informasi penting bagi masyarakat,” tandasnya. (DZH)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *