Langgar Adat, Warga Baduy Bakar Empat Unit Sepeda Motor

LEBAK, BANPOS – Empat unit sepeda motor milik warga Kanekes Kecamatan Leuwidamar, dibakar usai kena razia oleh masyarakat adat Baduy dalam. Video pembakaran barang teknologi ini pun menjadi perhatian publik.

Sebelumnya empat pemilik kendaraan bermotor tersebut sudah sering diperingatkan agar keluar dari Baduy atau tetap di Baduy dengan syarat menjual kendaraan bermotor miliknya. Dan video pembakaran tersebut diambil pada saat masyarakat adat Baduy dalam tersebut berhasil merazia kendaraan roda dua milik warga tersebut.

Seperti dijelaskan oleh pegiat budaya yang getol meneliti Budaya suku Baduy, Uday Suhada kepada BANPOS, bahwa pembakaran itu dilakukan warga adat setelah si pemilik berkali-kali diperingatkan.

“Si pelaku sudah berkali-kali diingatkan, diberi kesempatan. Kalau mau tetap di Baduy silahkan dijual untuk aset berupa pohon atau aset lain untuk huma,” ujar Uday, Minggu malam (04/07).

Dikatakan Uday, tetua dan tokoh masyarakat di Cikeusik, masih wilayah Desa Kanekes merasa kesal dengan ulah para oknum masyarakat Baduy yang nasihatnya tak pernah diindahkan. Lalu pada saat kejadian, Jumat (2/7) lalu, pelaku dengan motor berknalpot nyaring sebenarnya sudah diingatkan dan diberi teguran berkali-kali, dan itu pas melintas di daerah Cijahe dengan menggunakan sepeda motor melintas ngebut.

“Seperti menyinggung tokoh adat yang sedang kumpul berada di sana. Saat itu mereka baru selesai menggelar upacara adat. Mencoba dihentikan tokoh adat, dua pengendara motor malah kabur. Dikejar dan akhir dapat. Makanya langsung diambil tindakan tegas. Dalam razia didapat enam unit motor. Selanjutnya 4 unit dibakar, dan yang 2 lagi dijual karena pemiliknya mau mengikuti saran tetua adat untuk tidak menggunakan motor lagi,” kata Uday.

Sementara pada video pembakaran motor yang diunggah oleh Uday Suhada melalui akun media sosialnya. “Kekhawatiran saya september 2020 akhirnya terjadi juga. Jumat siang kemarin (2/7), empat dari enam sepeda motor yang berhasil dirazia oleh Lembaga Adat Kanekes kemudian dimusnahkan dengan cara dibakar,” jelasnya.

Dalam video tersebut, tampak dua orang menggunakan pakaian adat Baduy dalam (iket putih-red) membakar sepeda motor. Api yang menyala langsung melalap kendaraan roda dua milik warga baduy tersebut.

“Lembaga Adat Kanekes begitu mengagumkan. Mereka konsisten menegakkan hukum. Apapun pelanggarannya dan siapapun pelakunya, diperlakukan sama dimuka hukum. Itulah keteguhan para pengabdi, Urang Kanekes, Urang Baduy, para penjaga alam,” ungkap Uday.

Diketahui, razia terhadap benda-benda dan perangkat teknologi modern, menurut cerita Uday, seringkali dilakukan di Baduy. Setidaknya, razia besar-besaran dilakukan setiap setahun sekali, razia juga dilakukan saat ada kecenderungan masyarakat adat Baduy mengambil jalan pintas untuk mengerjakan pekerjaan menggunakan mesin, seperti chainsaw atau mesin alat penebang kayu.

“Dulu pernah juga ada razia senso atau gergaji mesin. Diam-diam rupanya ada yang memiliki alat tersebut dan digunakan di tengah hutan. Namanya di gunung kan pasti suara deru mesinnya kedengaran. Langsung dirazia dan dibakar,” terang Uday.

Selain itu, banyak barang-barang seperti tape recorder, lampu, dan peralatan lain kerap kali ditemukan di rumah-rumah warga. Bahkan termos untuk air panas yang digunakan untuk menjamu tamu yang singgah di rumah Jaro tak luput dari razia. “Bayangkan penegakkan aturan di sana tidak pandang bulu kepada siapa saja,” tuturnya.

Yang paling dikhawatirkan masyarakat adat Baduy saat ini, jelas Uday, penggunaan telpon pintar berbasis android untuk berselancar di media sosial (Medsos).

“Rata-rata untuk konten jualan madu atau souvenir sangat kecil prosentasenya. Bahkan medsos di Baduy banyak digunakan lebih banyak berselancar di YouTube, facebook dan terutama TikTok, ini jelas sangat mengkhawatirkan,” kata Uday.

Terangnya, kekhawatiran bisa dirasanya pada ketahanan adat budaya. “Makanya saya pernah meminta kepada Bupati Lebak dan Kadiskominfo untuk menjadikan area Baduy menjadi blank spot (tak ada sinyal-red). Sebab jika tidak dicegah, kekhawatiran saya, justru orang Baduy akan punah satu generasi (meninggalkan adat karena terkikis budaya android),” ujarnya.

Sementara, informasi data yang disebut Uday, ada sebanyak 9.000 nomor ponsel terregister dengan nama masyarakat Baduy luar. Yang 6.000 nomor diantaranya dalam kondisi aktif. Sedangkan total penduduk masyarakat Baduy saat ini sekitar 14.600 warga.

Dengan banyaknya penggunaan telpon android untuk medsos di kalangan masyarakat adat Baduy, aktivis pegiat sosial di Banten ini pun mengkhawatirkan dampak sosial yang makin serius, yakni bisa berdampak terputusnya budaya leluhur Baduy pada generasi mudanya.

“Kemudahan mengakses media sosial dan internet, menjadikan sebagian anak muda Baduy pada doyan membuka situs yang tidak baik. Akhirnya memicu persoalan sosial lain seperti kasus pelecehan, perkosaan yang pernah menimpa gadis Baduy beberapa waktu lalu, bahkan hingga pembunuhan. Belum lagi banyak pengguna medsos yang menonjolkan kecantikan perempuan Baduy. Saya berpesan kepada konten kreator, jangan mengeksploitasi kecantikan perempuan Baduy dalam medsos,” tegas Uday.

Sebab, kata dia, tugas hidup orang Kanekes paling utama yakni bertapa atau Ngamandala, hidup di sebuah Mandala. “Artinya hidup sederhana berdampingan dengan alam. Sedangkan tugas masyarakat Baduy luar adalah menjaga para pertapa itu,” papar Uday, menyudahi obrolan dengan BANPOS.(WDO/PBN)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *