SERANG, BANPOS – Perayaan Hari ulang tahun (HUT) RI ke-76 dirayakan di sejumlah wilayah di Provinsi Banten. Di perairan Banten, peringatan juga dilakukan dengan mengibarkan bendera merah putih secara unik. Ada yang mengibarkannya di bawah kedalaman laut, ada juga yang mengibarkan di tengah sawah.
Di Pulau Tunda, Kabupaten Serang dan di Selat Sunda, Kota Cilegon, sejumlah komunitas selam menggelar upacara pengibaran bendera di bawah air. Mereka mengibarkan bendera pada detik-detik proklamasi yang berlangsung pada Selasa (17/8) lalu.
“Untuk pertama kalinya dilakukan Underwater Ceremony dengan mengibarkan bendera merah putih di bawah laut Pulau Tunda kedalaman tujuh meter, yang diikuti oleh para penyelam dari Pitrodive, Kulon Bestari, Gurita Dive, serta beberapa penyelam lokal para pemuda Pulau Tunda,” kata salah seorang penggerak kegiatan penyelaman di Pulau Tunda, Husein.
Husein mengatakan, kegiatan pengibaran bendera di bawah laut yang dilakukan perdana tersebut, menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan menyelam yang mumpuni dan mampu dikembangkan sebagai guide lokal wisata selam untuk memajukan pariwisata Pulau Tunda.
“Ini acara perdana kami mengadakan Festival di Pulau Tunda, yang sengaja dikemas nggak wah banget karena ini inisiasi awal. Selain itu juga karena masih pandemi, harapannya tahun depan kami bisa mandiri, namun tetap sinergi dengan lebih banyak komunitas, dive center, dan agen-agen travel dari luar Pulau Tunda untuk membawa lebih banyak wisatawan ikut terlibat di acara kami,” ungkapnya.
Ia berharap, Festival Pulau Tunda dapat dijadikan agenda ciri khas Pulau Tunda, yang rutin diselenggarakan setiap tahun. Dengan semakin beraneka ragam kegiatan seperti di bidang kesehatan, industri kreatif, rehabilitasi konservasi pesisir, dan sebagainya
Selain mengibarkan bendera di dalam laut, komunitas free dive Nahannafas bersama para wisatawan snorkling, juga turut meramaikan rangkaian acara Festival tersebut. Bendera sepanjang 10 meter pun dibentangkan di garis pantai sebagai bukti semangat mengisi kemerdekaan dengan peduli terhadap kelestarian pesisir dan laut.
Pengibaran bendera di Pulau Tunda juga dilakukan di SMPN Pulau Tunda dengan melibatkan peserta Sekolah Lapang yang diselenggarakan oleh Rumah Baca Umi dan Taman Bacaan Pulau Tunda, dalam rangkaian Festival Pulau Tunda. Kegiatan itu diikuti sekitar 40 anak Pulau Tunda seusia Sekolah Dasar. Di sana, mereka belajar berhitung, tebak-tebakan, lomba balap bendera, lomba balap kelereng, lomba panjat pinang, mengaji iqro, kegiatan bersih pantai, hingga berenang bersama di pantai.
“Mereka pun semangat mengikuti upacara pengibaran bendera merah-putih dengan hikmat yang dibantu oleh kakak-kakak Paskibra SMPN Pulau Tunda,” tutur pria yang akrab disapa Ucen itu seraya mengatakan, seluruh kegitan itu terselenggara berkat dukungan dari para donatur yang memberikan cat tembok, karpet, rak buku, bermacam buku, alat tulis, dan lain-lain.
Selain di Pulau Tunda, upacara bawah laut juga digelar di Selat Sunda. Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI) Banten menggelar pengibaran bendera Merah Putih di Perairan Sangiang, Kabupaten Serang di kedalaman 10 meter, Selasa (17/8).
Saat itu, pada detik-detik pengibaran bendera bawah laut, seluruh peserta upacara bawah laut dan seluruh awak kapal berdiam sejenak pada posisi menghormat kepada bendera Merah Putih yang berkibar di Tiang Gapel KAL Anyer I-3-64 selama 3 menit. Termasuk didalamnya para awak kapal KAL Tamposo I-3-34, Patkamla Panaitan, KN. Darupada Basarnas, Kapal Patroli 2005 Polairud, bahkan perahu-perahu nelayan masyarakat Pulau Sangiang.
Ikut serta dalam upacara bawah laut, Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal Banten), Forum Komunikasi Kepala Daerah (Forkopimda) Cilegon, Ditpolairud Polda Banten, Badan SAR Nasional (Basarnas) Banten. Kemudian KONI Cilegon, Banten Divers Community atau BDC, PT Krakatau Posco, PT Krakatau Daya Listrik atau KDL, PT Chandra Asri Petrochemical atau CAP, PT Pelabuhan Cilegon Mandiri atau PCM, Penyelam Wisata Banten, Pramuka Saka Bahari, serta Pramuka Sako SPN.
“Seluruh rangkaian kegiatan ini adalah bentuk sinergitas antara TNI, Polri, Pemerintah dan masyarakat dalam memerangi Covid – 19,” kata Ketua POSSI Banten Kolonel Laut (P) Budi Iryanto, disela-sela kegiatan pengibaran merah putih di laut Selat Sunda.
Lebih lanjut, menurut Budi yang juga menjabat Danlanal Banten ini, selain untuk memelihara nasionalisme akan cinta tanah air, kegiatan ini bertujuan untuk menyampaikan pesan bagi seluruh masyarakat Indonesia di tengah pandemi Covid-19.
“Jadi dengan semangat kemerdekaan, bersama lawan pandemi Covid-19 dan patuhi protokol kesehatan. Ini artinya kami memiliki harapan besar bahwa kasus Covid-19 yang terjadi di Indonesia dapat turun bahkan hilang sama sekali,” tuturnya.
Diketahui upacara pengibaran bendera bawah laut merupakan ke tiga kalinya dilaksanakan oleh POSSI Banten dan pihak-pihak terkait di Perairan Sanghyang. Lantaran dilaksanakan di era Pandemi Covid-19, lanjut Budi, pihaknya menggelar pengibaran bendera bawah laut sesuai protokol kesehatan.
“Kegiatan ini sudah dilaksanakan ketiga kalinya. Untuk sekarang saat ini di masa pandemi, acara tetap dilaksanakan namun sesuai protokol kesehatan,” pungkasnya.
Di tempat yang sama, Wakil Ketua POSSI Cilegon AKBP Hendri Gunawan mengatakan, pasca pengibaran bendera merah putih pihaknya melaksanakan bakti sosial. Kurang lebih 1.000 paket sembako disalurkan oleh para peserta acara kepada masyarakat maritim di sekitar Anyer.
“Setelah pengibaran bendera bawah laut, kami menyerahkan kurang lebih 1000 paket sembako. Kami berharap bantuan ini bisa membantu masyarakat maritim yang terdampak Covid-19,” katanya.
Sementara itu, Walikota Cilegon Helldy Agustian mengapresiasi adanya acara pengibaran bendera bawah laut di perairan Pulau Sanghyang ini. Menurutnya, acara tersebut sangat bagus, dan beresensi pada perwujudan persatuan dan kesatuan bangsa.
“Saya merasakan semangat persatuan dan kesatuan pada acara ini. Bagaimana tidak, para penyelam mengibarkan bendera bawah laut. Disaat yang sama semuanya berkumpul di atas kapal untuk menghormati bendera merah putih,” tutupnya.
Di penghujung kegiatan, rombongan melaksanakan kegiatan bakti sosial dengan memberikan bantuan paket sembako kepada masyarakat nelayan Pulau Sangiang di atas Kapal TNI AL KAL Anyer I – 3 – 64. Dimana sembako yang diberikan diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat beserta keluarga, khususnya di tengah situasi pandemi Covid-19.
Selain di laut, sejumlah warga Kampung Kopi, Desa Sukalaba, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Serang, memilih cara berbeda. Mereka menggelar upacara pengibaran bendera merah putih di tengah sawah. Kegiatan yang melibatkan ratusan warga yang terdiri anak kecil, para pemuda tersebu sengaja dilakukan sebagai bentuk protes warga terhadap kebijakan pemerintah, yang terus melakukan pengalihfungsian lahan persawahan dijadikan sebagai perumahan.
Pantauan di lokasi, mereka berjalan menuju persawahan dengan diiringi musik tradisional tabuh kendang dan gamelan. Pemudinya mengenakan baju kebaya dan rok yang dibuat dari kain sarung bercorak batik, dengan ikatan kepala berwarna merah putih.
“Memilih lokasi di sawah, karena setiap kegiatan harus mempunyai nilai yang menarik. Dengan keadaan bangsa Indonesia yang sedang mengalami pandemi Covid-19, kita tidak putus mengibarkan bendera sang merah putih pada 17 Agustus,” ujar salah satu panitia kegiatan, Syafaat.
Pihaknya mengajak seluruh elemen, terutama pemerintah pusat dan daerah, agar memikirkan bagaimana nasib sawah kedepan. Menurutnya, banyaknya pembangunan, terutama perumahan, keberadaan sawah sebagai lumbung ketahanan pangan semakin terancam.
“Apabila alih fungsi lahan ini tidak diantisipasi, mungkin suatu saat kita hanya bisa menceritakan kepada anak cucu bahwa dulu ada yang namanya sawah, tapi sekarang sudah tidak ada karena semuanya berubah jadi beton,” ucapnya.
Berbeda halnya dengan pengibaran bendera merah putih pada umumnya, yang dilakukan di tiang bendera. Bendera merah putih ukuran 5×3 meter itu dibentangkan di atas tanaman padi petani yang masih hijau.
“Bendera dibiarkan berkibar di atas tanaman padi. Sementara sisi-sisi bendera diikat dan dikaitkan ke tiang atau patok sampai sore hari,” katanya.
Dengan persiapan yang cukup singkat, hanya dua hari, kegiatan dilakukan dengan memperhatikan prokes yang ketat. Umumnya, warga Kampung Kopi bekerja di sawah baik menanam padi dan lain sebagainya.
“Karena pemerintah tidak melakukan upacara di lapangan, kita mengambil opsi sendiri melakukan pengibaran di sawah. Kita harus mengikuti keinginan pemerintah, karena kita juga tidak ingin ada hal-hal yang tidak diinginkan dari pemerintah, jadi kita mencari aman, dan mematuhi kebijakan pemerintah,” jelasnya.
Meski dilakukan seremonial secara sederhana, ia berharap kegiatan tersebut dapat membangkitkan rasa nasionalisme para remaja. Ia berupaya membangkitkan kreatifitas remaja dan pemuda agar dapat memiliki gambaran sendiri di HUT RI mendatang.
“Kita bayangkan kalau di kecamatan atau di lapangan atau di kampung kita tidak melakukan upacara, euforianya kurang jadi nasionalismenya kurang,” tandasnya.(MUF/LUK/ENK)
Tinggalkan Balasan