JAKARTA, BANPOS – Mural-mural bernada kritik terhadap kebijakan pemerintah bermunculan di banyak kota. Aparat bertindak sigap dengan menghapus serta mencari seniman pembuatnya.
Survei Voxpopuli mencatat, coretan di dinding itu berbanding luruh dengan tingginya ketidakpuasan publik terhadap pemerintah Presiden Jokowi. Sebagian besar isi coretan mural itu menyuarakan keresahan rakyat terhadap dampak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang diterapkan untuk mengatasi pandemi Covid-19.
Dampak luar biasa yang ditimbulkan terhadap perekonomian membuat kepuasan publik terhadap Jokowi menurun di bawah 60 persen. Saat ini tingkat kepuasan terhadap Jokowi hanya mencapai 59,2 persen.
“Di tengah menjamurnya mural bernada protes terhadap penanganan pandemi Covid-19, kepuasan publik terhadap pemerintahan Presiden Jokowi menurun,” ungkap Direktur Komunikasi Voxpopuli Research Center Achmad Subadja dalam keterangan tertulis kepada pers di Jakarta, Kamis (26/8).
Di sisi lain, pemerintah memang membanggakan capaian pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2021 yang mencapai 7,07 persen. Bagi rakyat kebanyakan, tingginya angka pertumbuhan tersebut tampak tidak berkorelasi dengan kesulitan ekonomi yang masih dirasakan akibat perpanjangan PPKM.
“Melesatnya angka pertumbuhan itu lebih didorong oleh low-base effect, karena rendahnya pertumbuhan tahun lalu yang minus,” lanjut Achmad.
Angka itu juga diukur ketika Indonesia belum dihantam oleh varian delta yang kemudian disertai penerapan PPKM Darurat. Hal tersebut bisa dilihat dari tingginya ketidakpuasan publik yang mencapai 33,3 persen, dan sisanya tidak tahu/tidak jawab sebanyak 7,5 persen.
“Pemerintah harus mengupayakan keseimbangan antara penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi,” pungkas Achmad.
Dalam survey itu, Voxpopuli juga menjaring pendapat responden terkait gelaran Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Dalam survey itu di tokoh-tokoh partai politik yang ramai memasang baliho di berbagai penjuru kota tak mampu mengatrol elektabilitasnya. Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo, yang justru minim pasang baliho, justru unggul dengan elektabilitas mencapai 20,4 persen.
“Di tengah perang baliho para politisi, elektabilitas yang paling unggul justru diraih Ganjar Pranowo,” ungkap Achmad.
Menurut Achmad, Ganjar sudah lama membangun branding sebagai kepala daerah yang layak maju ke pentas politik nasional. Figur kepala daerah menuai dukungan setelah Jokowi sukses menapaki tangga kekuasaan dari Walikota Solo, Gubernur DKI Jakarta, hingga menjadi presiden. Kemunculan Jokowi membuka jalan bagi kepala-kepala daerah lainnya.
Di sisi lain figur-figur yang berasal dari trah partai politik makin mendapat saingan. Misalnya, Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto yang kini tergeser posisinya oleh Ganjar, hanya meraih elektabilitas 17,2 persen.
Prabowo yang juga menjabat Menteri Pertahanan dibayang-bayangi oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (13,0 persen). Berikutnya ada Menteri Pariwisata Sandiaga Uno (8,1 persen) dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (6,2 persen).
“Tokoh partai yang cukup bersinar adalah Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono dengan 5,6 persen,” lanjut Achmad.
AHY tampaknya diuntungkan oleh lonjakan elektabilitas partai yang dipimpinnya, sebagai partai utama di kubu oposisi. Tokoh-tokoh lainnya adalah Menteri Sosial Tri Rismaharini (4,8 persen), Menteri BUMN Erick Thohir (4,2 persen), Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (3,0 persen), Plt Ketua Umum PSI Giring Ganesha (2,6 persen), dan Menko Polhukam Mahfud MD (1,0 persen).
“Tampak bahwa figur-figur kepala daerah banyak didukung publik, selain menteri dalam kabinet dan tokoh partai,” pungkas Achmad.
Nama-nama lainnya masih di bawah 1 persen, sedangkan sisanya tidak tahu atau tidak jawab sebanyak 10,1 persen.
Survei Voxpopuli Research Center dilakukan pada 10-20 Agustus 2021, melalui telepon kepada 1.200 responden di seluruh Indonesia yang dipilih secara acak dari survei sebelumnya sejak 2019. Margin of error survei sebesar ±2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.(MRA/ENK/RMID)
Tinggalkan Balasan