LEBAK, BANPOS – Upaya Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Rangkasbitung dalam meningkatkan kualitas pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk petugas dan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) terus dilakukan secara masif, ini disambut oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) pada saat kunjungan ke Lapas Rangkasbitung, Kamis (14/10).
Turut hadir dalam kunjungan tersebut Pembina Kemahasiswaan, Ketua Lab Pendidikan Non Formal dan Sekretaris UP-PPLK FKIP Untirta. Dalam kunjungan itu pun dilakukan penjajakan perjanjian kerjasama dalam hal dukungan pembinaan WBP dalam meningkatkan life skill dan optimalisasi Operasional PKBM, serta Implementasi tridharma perguruan tinggi Untirta.
Kalapas Rangkasbitung, Budi Ruswanto mengatakan secara prinsip pihaknya menyambut baik rencana kampus Untirta membangun sinergitas dan kerjasama lanjutan dengan Lapas Rangkasbitung.
“Tentu kami apresiasi dan mengharapkan dapat membawa dampak positif nantinya bagi perkembangan Lapas Rangkasbitung, saya instruksikan kepada Humas untuk segera tindaklanjuti dan agendakan PKS nya, ini langkah baik, semakin banyak mitra kerja semakin baik pula kita dalam mencapai tujuan organisasi,” ujar Budi.
Sementara, Kasubsi Pembinaan, Eka Yogaswara usai menerima rombongan kepada BANPOS mengatakan, bahwa Lapas Rangkasbitung sangat terbuka dengan siapa saja, untuk mitra yang akan berkolaborasi dengan Lapas.
“Kerjasama ini nantinya bisa semakin luas, tidak hanya program magang bagi mahasiswa, melainkan peningkatan SDM WBP dan Petugas agar lebih terukur dan sistematis, memiliki indikator yg jelas dan meningkatkan life-skill dalam pendidikan formal dan non formalnya,” jelas Yogas.
Salah seorang mahasiswa peserta Program Latihan Profesi (PLP), Angga menyampaikan bahwa kegiatan yang akan dilakukan adalah terkait program keaksaraan dasar, karena ditemukan masih ada puluhan warga binaan Lapas Rangkasbitung yang masih belum melek aksara.
“Sekitar 20 WBP masih belum melek aksara, ada yang sudah bisa baca namun belum lancar, ada yang belum bisa menulis, dan ada yang belum bisa sama sekali. Kedepannya kami akan mencoba memfasilitasi dan membantu WBP tersebut agar bisa membaca,” ujar Angga.
Ketua Himpunan Mahasiswa Gunung Kencana ini menyatakan, respon dari WBP sangat baik. Ia mengaku, awalnya sempat grogi, namun setelah berjalan selama empat hari, dia dan rekan-rekannya sudah dapat beradaptasi dengan kondisi di lapas.
“Yang paling berkesan adalah, ternyata semangat WBP sangat tinggi untuk belajar. Bahkan sampai ada yang mengajak berfoto untuk kenang-kenangan bahwa di lapas itu dapat pelajaran,” ujar Angga.
Ia berharap, dengan PLP di Lapas Rangkasbitung, pihaknya dapat turut serta berkontribusi dalam mengentaskan buta aksara di Lebak, khususnya di Lapas Rangkasbitung.(WDO/PBN)
Tinggalkan Balasan