LEBAK, BANPOS –
Terkait tudingan aktivis Gapura Banten yang menyatakan bahwa pelaksanaannya tidak professional karena salah satunya tidak hadirnya konsultan pengawas dilapangan yang seharusnya selalu hadir melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan pengelolaan Pendidikan sekolah kejuruan berupa pekerjaan belanja modal bangunan Gedung tempat Pendidikan pembangunan prasarana SMKN 1 Wanasalam, Kabupaten Lebak, konsultan pengawas mengaku ketidak hadirannya hanya kebetulan.
Konsultan Pengawas, Romli mengatakan, bahwa pada saat para aktivis ke lapangan, kebetulan dirinya sedang tidak bertugas dan diwakili oleh konsultan lain.
“Saat itu kawan saya yang bertugas melakukan pengawasan, mungkin ketika teman-teman ke lapangan kawan saya sedang keluar,” kata Romli saat ditemui BANPOS digedung Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Provinsi Banten, beberapa waktu lalu.
Saat ditanya terkait adanya beberapa kekurangan pada pembangunan oleh aktivis, Romli menyebut bahwa para pekerja bangunan tersebut tidak professional dalam melaksanakan tugasnya.
“Waktu saya control, temuan yang disampaikan itu tidak ada dan saya tidak tahu sebelah mana. Tapi saya marahi dan saya complain, saya nyatakan dan memang disitu hal-hal yang kayak gitu memang sesuatu yang umum harus tidak terjadi meskipun itu tidak masalah dan bisa dilakukan perbaikan,” terangnya.
Selain itu, lanjut Romli, terkait hebel yang dinyatakan somplak, dirinya menegur pekerja agar tidak dipasang. Akan tetapi, meskipun sudah ditegur para pekerja tetap memasang hebel tersebut.
“Saat saya tegur pekerjanya, pak Romli, itu hebel nggak ada yang seratus persen utuh pasti ada saja yang somplak katanya. Kan harus dipasang sayang dapat beli, kan nanti diplester ditutup. Dianggap kurang professional kalau barang cacad nggak bisa dipasang, menurut mandor. Oke tapi jangan terlalu banyak atau langsung dan jangan terlalu lama, langsung ditutup agar daya rekatnya cepat,” ujarnya.
Romli menambahkan, dalam melaksanakan tugasnya, para pekerja membiarkan hal sepele dan hal yang sudah biasa dilakukan dibiarkan saja tidak langsung ditangani.
“Hal sepele daan sudah biasa dilakukan oleh tukang, jangan dibiarkan. Masa saya harus turun, memangnya saya tukang plester. Tapi meskipun kelihatannya plencang plencong, saya tahu para pekerja sudah menarik benang. Pada intinya, nanti kita lihat hasilnya,” ungkapnya.
Diberitakan sebelumnya, Tinjau pelaksanaan kegiatan pengelolaan Pendidikan sekolah kejuruan berupa pekerjaan belanja modal bangunan Gedung tempat Pendidikan pembangunan prasarana SMKN 1 Wanasalam, Kabupaten Lebak yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun anggaran 2021, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Provinsi Banten, aktivis Lembaga Gapura Banten menuding pelaksanaannya tidak profesional. Pasalnya, dalam pelaksanaan pembangunan beberapa Gedung di SMKN 1 Wanasalam rentan tidak sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB), karena pelaksanaannya tidak didampingi konsultan pengawas.
Dewan Penasehat Lembaga Gapura Banten, Ade Irawan mengatakan, saat meninjau pelaksanaan pembangunan Gedung di SMKN 1 Wanasalam, pihaknya tidak bisa menemui konsultan pengawas untuk menanyakan pemasangan beberapa konstruksi bangunan.
“Pada pemasangan hebel digedung laboratorium, kita lihat secara kasat mata tidak dilapisi dengan mortar atau lem perekat. Saat akan kita tanyakan ke pihak konsultan pengawas, namun tidak ada dilokasi kegiatan,” kata Ade usai menyampaikan temuannya kepada pihak Dindikbud Banten, Selasa (5/10).(dhe/pbn)
Tinggalkan Balasan