Para Menteri Digoda Urusan Politik

JAKARTA, BANPOS – Kabinet Jokowi-Ma’ruf telah berusia dua tahun. Kini, tersisa 3 tahun lagi bagi Jokowi-Ma’ruf untuk menuntaskan janji-janji kampanyenya. Banyak tantangan dan ancaman yang akan dihadapi, khususnya di bidang ekonomi dan kesehatan, karena serangan Covid juga belum reda secara total.

Di saat bersamaan, kabinet Jokowi-Ma’ruf juga mulai menghadapi tantangan dengan memanasnya urusan politik. Karena, meski Pemilu baru digelar 2024, tapi hiruk pikuknya sudah terasa dari sekarang. Para politisi yang sekarang merangkap jadi menteri mulai pasang kuda-kuda agar partainya menang pemilu, atau dirinya sendiri bisa masuk bursa capres dan cawapres.

Seperti diketahui, kabinet Jokowi-Ma’ruf memang diisi para politisi. Bahkan, tiga menteri Jokowi tercatat menjabat sebagai ketua umum parpol. Pertama, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang merupakan Ketua Umum Partai Gerindra.

Kedua, Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartanto yang juga Ketua Umum Partai Golkar. Dan ketiga, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa yang juga Ketua Umum PPP.

Selain tiga ketua umum, para elit parpol juga tercatat masuk dalam jajaran kabinet. Dari Golkar ada Menpora Zainuddin Amali dan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. Dari PDIP, ada Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly, Menpan RB Tjahjo Komolo, Menteri Sosial Tri Rismaharini, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak I Gusti Ayu Bintang Darmavati Puspayoga (PDIP). Dari Gerindra ada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno.

Dari PKB, ada Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziah, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar (PKB). Sedangkan Partai Nasdem menempatkan Menkominfo Jhony G Plate (Sekjen Partai Nasdem), Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya Bakar dan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.

Terkait godaan politik bagi kabinet Jokowi-Ma’ruf di sisa masa jabatannya ini, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno mengingatkan adanya istilah kutukan di periode kedua dalam sistem presidensil. Kutukan ini mulai kentara terlihat di tahun-tahun politik, jelang presiden lengser.

Gejalanya, kata dia, pertama, menteri-menteri dari parpol mulai sibuk mengurusi politik. Baik untuk pemenangan partai di ajang pemilu, maupun memenangkan jagoannya di ajang Pilkada hingga Pilpres.

“Yang dikhawatirkan orang itu, menteri jadi nggak fokus lagi karena sibuk mikirin partainya. Tapi, kita harap tidak seperti itu,” kata Adi, dalam perbincangan dengan Rakyat Merdeka, tadi malam.

Gejala kedua, lebih berat. Ini yang perlu diantisipasi oleh presiden maupun wapres. “Muncul oposisi dari dalam,” sebut Adi.

Pengamat politik Hendri Satrio juga bilang demikian. Pendiri lembaga survei KedaiKOPI ini tak heran kalau kemudian pemerintah keukeuh agar hajatan pemilu diundur ke bulan April-Mei 2024
“Supaya jeda waktu menuju ujung pemerintahan Jokowi (Oktober 2024) lebih sedikit. Mungkin Pak Jokowi ingin agar dia tetap ‘didengar’ setidaknya sampai Mei 2024,” kata Hensat.

Ketua Umum JoMan, Immanuel Ebenezer ikut mengingatkan agar para menteri bekerja secara maksimal dan mahir dalam menerjemahkan keinginan Jokowi. Dia ingin menteri-menteri tak larut dalam isu pemilu 2024.

“Jangan malah sibuk memperkaya diri sendiri tanpa menghiraukan rambu-rambu yang ada, sehingga pada akhirnya merusak citra dan nama baik Presiden Joko Widodo,” ujarnya.

Juru Bicara Kepresidenan, Fadjroel Rachman tidak memungkiri, tahun politik adalah sebuah keniscayaan yang akan dihadapi Kabinet Jokowi-Ma’ruf. Tapi, ia berkeyakinan, Jokowi mampu menjaga ritme anak buahnya agar tetap berperforma baik.

Buktinya, mengomandoi negara di tengah pandemi Covid-19 saja, Jokowi dapat acungan jempol negara lain, apalagi menghadapi tahun-tahun politik.

“Yang jelas, dalam 2 tahun ini saja kelihatan sekali kemampuan presiden dalam menumbuhkan kepemimpinan terkomando dalam penangaman pandemi Covid-19. Saya baru bertemu beberapa Dubes, mereka memuji sekali penanganan Covid-19 di Indonesia. Pemulihan ekonomi kita juga bagus, di triwulan III sudah tumbuh 7 persen,” kata Fadjroel kepada Rakyat Merdeka, tadi malam.

Ia meyakini, presiden tetap menjaga visi-misinya agar tetap dipegang teguh oleh para menteri. Tidak terpengaruh oleh hiruk-pikuk perpolitikan di tahun-tahun politik.“Tentu, selain menjaga visi-misi, presiden kan juga melakukan monitoring, evaluasi,” tutur Fadjroel.(SAR/ENK/RMID)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *