Komisi IV DPRD Lebak Akan Cek Pencemaran Sungai Cipamubulan

LEBAK, BANPOS – Warga Kecamatan Bayah mengadukan adanya dugaan pencemaran Sungai Cipamubulan, Desa Darmasari, ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Lebak. Perwakilan warga Bayah, Erwin Komara Sukma mengatakan, pencemaran air Sungai Cipamubulan sampai Muara Pulomanuk disebabkan aktivitas penambangan pasir di hulu sungai.

“Air sungai keruh karena limbah aktivitas penambangan pasir dibuang sembarangan karena tidak memiliki pengolahan limbah. Kami sudah adukan ini ke DPRD termasuk juga ke Dinas LH agar ditindaklanjuti,” kata Erwin kepada wartawan.

Menurut Erwin, pembuangan limbah dari pencucian pasir menyebabkan tercemarnya lingkungan sungai dan merusak ekosistem yang ada di dalamnya. Limbah juga berdampak pada pendangkalan sungai akibat terjadi sedimentasi. Selain itu, pencemaran mengganggu dan membuat wisatawan khususnya yang ada di Pantai Pulomanuk menjadi tidak nyaman.

“Kami harap Ketua DPRD bisa segera memberikan disposisi ke Komisi IV agar secepatnya dilakukan rapat dengar pendapat (RDP) dengan masyarakat dan yang penting menghadirkan pemilik tambang pasir di sana. Kapanpun kami siap karena ini sudah merugikan masyarakat,” ungkapnya

Walau mengaku belum mendapat informasi, anggota DPRD Lebak Komisi IV Musa Weliansyah memastikan pihaknya akan kroschek langsung kelapangan untuk memastikan penyebab terjadinya pencemaran di Sungai Cipamubulan yang diduga akibat adanya aktivita pertambangan pasir di hulu sungai.

“Komisi IV akan segera berkordinasi dengan Dinas LH serta kroschek langsung kelapangan untuk memastikan penyebab pencemaran di Sungai Pamubulan. Kita akan pastikan dulu, tentunya kami akan koordinasi dengan mitra kerja yaitu Dinas Lingkungan Hidup,” kata Musa, Selasa (18/1) kepada BANPOS.

Sebelumnya, nelayan yang mangkal di sekitar Muara Kali Cipamubulan, Blok Pulomanuk Desa Darmasari Kecamatan Bayah mulai mengeluh oleh dampak yang timbul terjadinya pencemaran air kali yang diduga akibat limbah penambangan pasir yang ada di hulu sungai Cipamubulan.

Seorang nelayan yang biasa menangkap ikan diseputaran Muara Kali Cipamubulan, Budiman kepada BANPOS mengatakan, di bulan ini hasil tangkapan untuk jenis ikan tertentu menurun dan dimungkinkan akibat dari air kali yang tercemar kotor.

“Bulan Jumadil Awal seperti sekarang ini, biasanya para nelayan seperti kami panen ikan jenis Jaburan, Kakapasan dan Layur. Namun sejak aliran sungai ini keruh oleh limbah, tangkapan kami untuk jenis ikan itu adi turun. Padahal saat ini harusnya lagi musim. Katanya sih itu kotor akibat limbah cucian pasir yang di atas sana,” jelasnya.

Diungkapkannya, jika kondisi ini dibiarkan berlarut akan menjadi pukulan pada kehidupan sehari-hari nelayan.

“Ini jelas kami rugi. Ini lahan kehidupan kita satu-satunya untuk makan sekeluarga. Kalau tangkapan kita terganggu begini jelas anak istri kami akan makan apa pa. Tolong dong jangan ganggu lahan kami,” keluh Budi.

Kondisi ini juga dikeluhkan oleh nelayan Jodang, penangkap bayi lobster (benur) yang menyebut kotornya air kali di muara membuat perairan keruh, dan membuat hasil tangkapannya nihil. Menurutnya, benur itu jelas akan menghindar karang tempatnya mukim karena airnya tercemar kotor.

“Sekarang saya sangat sulit sekali untuk bisa mendapat lobster, karena karang-karang yang biasa tempat lobster mencari makan sudah dipenuhi lumpur, jadi lobster tidak mau lagi ada di situ”, katanya.

Dikatakannya, ia berharap jika itu disebabkan oleh kesengajaan, harus segera ada tindakan agar nelayan bisa nyaman,”Kalau pemicunya sudah jelas, tolong lah segera ada tindakan. Ini bukan kata saya aja, tapi kata semua nelayan di sini pa,” terangnya.

Sehari sebelumnya, pengunjung wisata asal Sukabumi, Yan Yan Widiyasari yang sudah tiga kali liburan ke pantai Pulomanuk ikut menyayangkan kondisi tersebut.

“Saya udah tiga kali ke sini. Terakhir waktu Agustus lalu, pantai dan muara Pulomanuk ini selain teduh juga pantai ini airnya bening. Namun kok sekarang air lautnya keruh dan kotor. Tadinya kami biasa mandi, sekarang jadi ogah, kotor airnya,” tutur Yan Yan, Minggu (16/01).

Terpisah, pegiat lingkungan di Baksel, Wijaya Dharma Sutisna mengharapkan segera ada tindakan terhadap diduga pelaku pencucian pasir di dekat hulu Kali Pamubulan, karena selain berdampak pada rusaknya ekosistem laut juga mengganggu hajat hidup para nelayan Bayah.

“Ini jelas harus sudah ada tindakan. Jangan sampai pencemaran ini berdampak pada terganggunya habitat ikan dan biota lainnya lainnya. Apalagi nelayan juga sudah mulai pada ngeluh dengan tangkapan ikan yang minim akibat laut tercemar. Tolong para pengusaha tambang pasir juga harus berpikir untuk orang lain, jangan sampai dia yang untung orang lain yang rugi,” papar Sutisna. (CR-01/WDO/PBN)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *