LEBAK, BANPOS – Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kabupaten Lebak menggelar seminar kebangsaan di Pondok Pesantren Wasilatul Falah 2 Rangkasbitung dengan tema ‘Memperkokoh Komitmen Kebangsaan dan Membentengi Milenial dari Paham Radikalisme dan Terorisme.’
Ketua Umum PMII Kabupaten Lebak, Bayu Maldini mengungkapkan, bahwa tema ini memiliki sejumlah landasan, ditentukan berdasarkan kondisi kebangsaan di Indonesia. Di era sekarang teknologi semakin canggih, kemudian akses informasi bisa dengan mudah didapatkan di media sosial.
“Perihal ini menjadi sebuah hal yang rentan, bagi generasi milenial terpapar paham radikalisme dari media sosial.” ungkapnya.
Hadir dalam acara Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Banten diwakili Kepala Bidang Media, Hukum dan Humas Sehabudin, sebagai narasumber utama dalam acara, Anggota DPR RI Komisi III Adde Rosi Khoerunnisa yang membidangi hukum, Hak Asasi Manusia, dan keamanan.
Adde Rossi mengapresiasi kegiatan seminar kebangsaan yang dilaksanakan PMII. Karena menurut dia, kegiatan tersebut sangat positif bagi pembangunan generasi muda. Ia mendorong Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melakukan sosialisasi pencegahan paham radikalisme dan terorisme terutama kepada kalangan generasi muda.
“Banten ini menduduki daerah 10 besar sel terorisme di Indonesia dan pelaku terorisme bukan pada kalangan orang tua atau orang dewasa, tapi menurut data BNPT segmennya sudah masuk ke generasi muda yang berumur 19-30 tahun,” katanya.
Untuk itu, ia mengajak semua elemen masyarakat menyelamatkan generasi muda dari paham radikalisme dan terorisme yang secara massif menyebarkan pahamnya. Dengan kegiatan seminar kebangsaan seperti ini kata Adde, ia meyakini generasi muda akan terselamatkan.
“Selain itu saya mendorong Kementerian Kominfo melalui BNPT RI agar memblokir situs–situs teroris yang sekarang sangat banyak. Dengan begitu, generasi muda akan terselamatkan,” jelasnya.
Sehabudin mengingatkan, media internet mempunyai peran strategis dalam menyebarkan dan mencegah radikalisme dan terorisme, karena masyarakat pengguna internet sekarang ini sangatlah tinggi.
“Saat ini sekitar 75,5 persen, sedangkan untuk Gen z yang lahir 2001-2010 mencapai 93 persen, generasi milenial yang lahir 1981- 2000 mencapai 85 persen, dan Gen yang lahir lahir 1965-1980 mencapai 54 persen,” katanya
Selain itu dia menegaskan Indeks Potensi Radikalisme di Banten mencapai skor 42,05 lebih tinggi dari rata-rata Nasional yang mencapai skor 38,43. ini artinya kata Sehabudin, semua unsur yang ada di Banten, baik pemerintah maupun masyarakat harus terus bekerja keras untuk mengurangi bahkan menghilang potensi radikalisme dan terorisme di Banten.
“Masyarakat khususnya generasi muda hendaklah menjadi agen perdamaian dengan melakukan kontra narasi dalam pencegahan radikalisme dan terorisme di Banten dengan menghiasi media sosial dengan narasi cinta tanah air dan bangsa, membela NKRI, cinta pancasila, ajaran, toleransi dan inklusif,” tegasnya.
Ia menambahkan, untuk mencegah paham radikalisme dan terorisme di Banten ini, selain generasi muda harus diperkuat literasi keagamaan juga dengan kebangsaan.
“Kelompok mereka itu mengemas segala sesuatu dengan agama, maka kita harus meningkatkan ilmu dan pengetahun tentang agama agar bisa membentengi diri dari para pelaku radikalisme dengan berguru pada yang ahlinya seperti para kyai yang jelas dan sarat keilmuan, bukan hasil membaca dari google,” pungkasnya.
Sebagai leading sector bidang penanggulangan terorisme di Indonesia, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terus berupaya meningkatkan keamanan serta mengikis mata rantai penyebaran paham radikalisme, intoleran, serta aksi terorisme di tanah air untuk menciptakan kedamaian dan kesejahteraan.
Upaya pencegahan terus dilakukan oleh BNPT mulai dari hulu hingga hilir, dengan berbagai kegiatan yang dilakukan secara online dan offline untuk masyarakat, aparat penegak hukum, Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (FORKOPIMDA), Pemuka Agama, Tokoh Masyarakat, dan Tokoh Pemuda.(CR-01/PBN)
Tinggalkan Balasan