GEDUNG MPR/DPR yang berada di Senayan, Jakarta, ternyata ikut menjadi target teroris. Ini bukan hoaks, tapi fakta. Untungnya, sebelum gedung tempat para wakil rakyat berkantor itu dibom, terorisnya berhasil diciduk duluan. Syukurlah!
Informasi ini terungkap setelah Densus 88 Antiteror Polri menangkap 3 teroris yaitu RS, MR dan HP, di 3 wilayah berbeda. Yaitu, di Gunung Sindur (Kabupaten Bogor), Ciputat (Tangerang Selatan) dan Palmerah (Jakarta Barat).
walnya, kata Kepala Bagian Bantuan Operasi (Kabagbanops) Densus 88 Antiteror Polri Kombes Aswin Siregar, ketiga tersangka itu diduga terlibat dalam jaringan Islamic State of Iraq dan Syiria (ISIS). Namun, dalam pengembangan selanjutnya, tersangka RS yang ditangkap di Gunung Sindur, ternyata sudah berencana ngebom gedung DPR.
Rencana ini telah disiarkan RS melalui akun Facebook pribadinya bernama Ana Ikhwan, 16 Februari 2022 lalu. Hasrat itu berawal dari kekesalan RS melihat pasangan suami istri yang bermesraan di tempat umum. Karena alasan tersebut, gedung Parlemen menjadi sasarannya.
“(Tersangka juga) sering memposting video kekerasan yang dilakukan ISIS di Facebook,” tambah Aswin, kemarin.
Sementara MR dan HP adalah pendukung ISIS. Menurut Aswin, keduanya membuat poster propaganda dengan mengedit video hingga menyebarkan poster.
“Selaku editor video dan penerjemah grup Annajiyah Media Centre yang membuat dan menyebarkan poster-poster digital berisi propaganda,” ungkap dia.
Tujuan mereka, diakui Aswin, untuk mengobarkan semangat juang kelompok terorisme yang ada di Indonesia. “Sehingga orang yang melihat, terpicu melakukan jihad amaliah,” tegasnya.
Ketiga terosis itu ditangkap Selasa (15/3) pagi, di tiga kawasan berbeda. RS (25) ditangkap di Jalan Pemuda, Gunung Sindur, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat pukul 07.46, Tersangka kedua berinisial MR (21) diringkus di Kemanggisan, Grogol, Kelurahan Palmerah, Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat di hari yang sama.
Masih di waktu yang sama, tersangka ketiga, yakni HP, ditangkap di Jalan RE Martadinata RT 03/09 Cipayung, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten. Densus menyita HP Xiomi A5 berwarna Silver dan laptop merek Aspire One A0756 Series berwarna biru.
Ketiga tersangka ini, disebut cikal bakal penangkapan sembilan teroris lain. Hingga pertengahan Maret ini, Densus telah meringkus 12 tersangka tindak pidana terorisme. Dari empat lokasi berbeda. Yaitu DKI Jakarta. Banten, Bogor, dan Batam.
Selasa, 15 Maret 2022 selain menggarap RS, MR dan HP, Densus juga mengamankan lima tersangka lain di lokasi yang berbeda-beda. Mereka adalah UMB, GU, SS, SU, dan TO. Kelimanya memiliki peran yang berbeda-beda. Ada yang mengumpulkan dana, menggelar latihan fisik, hingga bagian sosialisasi dan perekrutan.
Mendengar kantor tempatnya bekerja bakal dibom teroris, wakil rakyat langsung terkejut. Anggota Komisi III DPR, Hinca Panjaitan mengakui, kantor pemerintahan seperti Gedung DPR, memang rentan jadi target serangan teroris. Contohnya, tragedi pengeboman terhadap gedung DPR Inggris, Westminster Attack 2017 silam.
“Jangan memandang sebelah mata dan menganggap tujuan teroris tersebut sebagai angin lalu,” ujar Hinca di Komplek Parlemen, Jakarta, kemarin.
Politisi Demokrat itu bersyukur, sebelum rencana pemboman itu behasil, Densus sudah gercep mengamankan pelaku. Namun, Hinca masih khawatir, masih ada jaringan teroris lain yang juga akan melakukan ancaman serupa.
“Apakah ada jaringannya yang juga merancang hal yang serupa? Ini harus segera diantisipasi oleh negara melalui Densus 88,” imbuhnya.
Wakil Ketua MPR, Jazilul Fawaid juga bersyukur, Densus 88 berhasil mencegah sebelum aksi teroris terjadi. “Kami berharap terus waspada. Jangan sampai kecolongan oleh aksi teroris,” ujar politisi PKB ini.
Kenapa Gedung DPR jadi target serangan teroris? Direktur Indonesian Muslim Crisis Centre (IMCC), Robi Sugara menilai, umumnya target utama para teroris adalah pemerintahan yang sah, termasuk legislatif. Alasannya, pemerintah dan DPR merupakan pemegang kekuasaan yang membuat kebijakan.
“Hukum di Indonesia dibuat oleh manusia. Nah, DPR adalah lembaga yang memproduksi hukum manusia tersebut. Makanya, mereka menyebut DPR sebagai lembaga pembuat teror, akhirnya jadi target,” terang Robi.
Hal senada juga disampaikan Pengamat Terorisme, Al Chaidar. Kata dia, Gedung DPR memang sudah sejak lama jadi incaran teroris untuk diledakkan. Namun, rencana tersebut selalu kandas sebelum kejadian.
“Gedung DPR dianggap sebagai tempat memproduksi hukum jahiliah,” ungkap Chaidar. [UMM/RM.ID]
Tinggalkan Balasan