Toko-toko maupun supermarket di Indonesia kehabisan mie instan Indomie karena konflik Ukraina menimbulkan kekhawatiran akan kekurangan gandum.
Selama sepekan terakhir, karyawan minimarket asal Indonesia, Muhammad Nasir, disibukkan dengan pertanyaan. Pelanggan di Medan, Sumatera Utara semua ingin tahu hal yang sama: Mengapa hampir tidak ada mie instan Indomie yang tersisa di rak?
“Orang-orang mendatangi kami dan bertanya kok Indomie nggak ada,” kata Nasir kepada Al Jazeera dilansir, Senin (21/3).
“Kami masih memiliki stok beberapa merek lain, tetapi Indomie yang paling populer dan kami belum memiliki pengiriman baru dalam beberapa minggu terakhir. Kami tidak tahu harus bilang apa ke pelanggan,” sambungnya.
Indomie yang merupakan pelopor mie instan di Indonesia, berproduksi sekitar 19 miliar bungkus setiap tahun untuk dijual di lebih dari 100 negara. Namun kini, dampak perang di Ukraina, salah satu negara pemasok gandum terbesar di Indonesia, telah menimbulkan kekhawatiran akan pasokan makanan ringan yang terbuat dari tepung terigu.
Sejauh ini, dampak konflik terhadap pasokan gandum Indonesia masih belum jelas, meskipun kondisi di toko-toko dan restoran lokal menunjukkan bahwa produk-produk yang terbuat dari bahan gandum semakin sulit ditemukan.
Tahun lalu, hampir seperempat persediaan gandum Indonesia diimpor dari Ukraina. Ukraina dan Rusia yang tengah berperang memproduksi sepertiga ekspor gandum dunia.
Dengan ditutupnya pelabuhan Ukraina dan tidak adanya petani karena sebagian besar dipaksa untuk ikut berperang, rantai pasokan gandum dunia pun ikut terganggu.
PT Indofood yang memproduksi Indomie sebagai merek mi instan paling terkenal di Indonesia tidak menanggapi pertanyaan mengenai dampak perang Ukraina terhadap ketersediaan gandum dan produksinya.
Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kementerian Perdagangan Kasan Muhri mengatakan, sementara ini konflik kedua negara tersebut belum menimbulkan dampak signifikan pada persediaan gandum ataupun harga mie instan dalam negeri.
Kasan mengatakan, Indonesia masih memiliki persediaan gandum sebanyak 1,2 ton yang akan bertahan sampai dua bulan ke depan. Menurutnya, kenaikan harga mie instan sudah diprediksi, namun nilainya tergantung pada seberapa lama perang akan berlangsung.
“Potensi kenaikan harga mie instan akan jauh lebih kecil jika perang tidak berlangsung lama,” ujarnya, dilansir ABC.[MEL/RM.id]
Tinggalkan Balasan