Pelaksanaan Muktamar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) XXXI di Banda Aceh pada 22-25 Maret 2022 dinilai menjadi berkah untuk masyarakat Aceh dan juga para dokter. Atas hal itu, Kepala Pusat Jejaring Relawan Emergency Medical Team (EMT) IDI Zulfahmi Ramli menyayangkan ada pihak yang mempersoalkan alokasi dana Rp 2 miliar untuk dekorasi Muktamar IDI dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA).
“Pihak yang mempersoalkan itu tidak empati terhadap sebuah organisasi yang para anggotanya sudah berkorban jiwa-raga untuk bangsa ini,” kata Fahmi, yang juga hadir dalam Muktamar IDI di Banda Aceh, Jumat (25/3).
Fahmi menekankan, alokasi dana APBA adalah ranah kebijakan Pemda Aceh, bukan keputusan IDI. “Saya sebagai masyarakat umum, relawan bencana yang kebetulan beristrikan seorang dokter, menganggap pernyataan pengamat ekonomi yang mempersoalkan itu memancing polemik dan terkesan asal bunyi saja,” tambahnya.
Menurutnya, para dokter ini sudah mengorbankan waktu, tenaga, pikiran dan bahkan nyawa mereka untuk kemaslahatan umat, demi bangsa, tanah air, dan negara. “Jadi tidak elok dan tidak pantas jika kemudian ada pihak-pihak yang berpolemik terkait urusan dana penyelenggaraan Muktamar, apalagi membawa-bawa masalah empati kepada rakyat Aceh,” ucap Sekjen Federasi Mountaineering Indonesia.
Ia mengingatkan, IDI sudah memberikan sumbangsih sejak zaman prakemerdekaan Indonesia. Apalagi di masa pandemi Covid-19, para dokter berada di barisan terdepan dalam menyelamatkan nyawa manusia bahkan terkadang tanpa mempedulikan nyawa mereka sendiri.
Ratusan relawan dokter Indonesia yang menangani pasien Covid-19 juga kemudian terpapar dan menjadi korban pandemi itu sendiri. “Dimakamkan secara sederhana sesuai protokol kesehatan Covid-19. Jauh dari keriuhan dan gegap gempita, seperti pemakamam seorang pahlawan yang gugur di medan tugas membela bangsa dan negara,” tandasnya. [SAR/RM.ID]
Tinggalkan Balasan