Ayahanda mantan presenter televisi yang juga moderator Debat Capres, Ira Koesno, dr Koesno Martoatmodjo, meninggal dunia setelah lebih dari satu bulan berjuang melawan Covid-19. Pria yang berprofesi sebagai dokter anak tersebut menghembuskan napas terakhirnya di usia 83 tahun, Kamis (24/3) pukul 17.23 WIB di RS Pertamina Jaya, Jakarta Pusat.
Jenazah disemayamkan di rumah sakit dan pagi ini, pukul 10.00 WIB akan dimakamkan TPU Malaka, Pondok Kelapa, Jakarta Timur. Pemakaman menerapkan protokol kesehatan.
Berkaca pada perjuangan sang ayah, Ira Koesno mengimbau agar masyarakat tidak meremehkan Covid-19, termasuk Omicron yang disebut-sebut gejalanya lebih ringan dibanding varian sebelumnya. Sebab, Omicron tetap dapat memicu kematian bagi mereka yang memiliki komorbid, orang lanjut usia (lansia), dan obesitas. Dr Koesno sudah mendapat 2 kali vaksin Sinovac dan 1 kali booster Moderna.
“Jangan pernah main-main dengan Omicron, apalagi menganggapnya remeh. Omicron itu gejalanya saja yang ringan, tapi bukan tidak berbahaya, terutama bagi yang memiliki komorbid dan lansia. Ketika virus itu loncat ke organ tubuh lain, terutama paru-paru, dampaknya akan sangat berat,” tutur Ira Koesno.
Dr Koesno Martoatmodo pertama kali terdeteksi Covid-19 pada 21 Februari 2022. Menurut Ira, saat itu, keluhannya hanya batuk, pilek, dan sedikit pusing. Namun hasil PCR-nya positif dengan CT 19.
“Ibu saya juga kena, tapi tanpa gejala, dan CT-nya 26. Selama lima hari dirawat di rumah, Bapak mulai merasa sesak napas, saturasinya 89. Akhirnya dibawa ke rumah sakit, berbarengan dengan ibu karena saat itu mulai ada batuk,” kata Ira.
Lebih lanjut, founder irakoesnocommunications ini mengatakan, saat dilakukan screening terhadap sang ayah, ditemukan bercak di paru sehingga harus dirawat secara intensif. Mengingat usia yang sudah lanjut, ibunda pun masuk kamar perawatan. Setelah 10 hari, menunjukkan perbaikan dan dibolehkan pulang.
“Sebaliknya, kondisi Bapak tak kunjung membaik. Saturasi terus drop di bawah angka 80-an. Kadar oksigen di darah pun hanya 60 persen. Karena semakin sesak, maka diambil keputusan untuk diinkubasi memakai ventilator. Akan tetapi, sejak saat itu kondisi Bapak terus memburu,” kata Ira, lirih.
Ira kembali mengingatkan masyarakat untuk tidak kendor dalam protokol kesehatan (prokes) meski ke depannya status pandemi berubah menjadi endemi. Terpenting, saat terdeteksi positif Covid-19, Ira menyarankan, jika memungkinan, untuk segera melakukan screening agar bisa lebih siaga menentukan langkah observasi selanjutnya.
Kasus Covid-19 saat ini memang melandai. Bukan tak mungkin Pemerintah mengubah status pandemi jadi endemi. Meski begitu, virusnya masih ada, belum hilang. Jadi, tetaplah waspada!” ucapnya. [USU/RM.ID]
Tinggalkan Balasan