PM Kanada Nggak Mau Duduk Di Sebelah Putin

 

Perdana Menteri (PM) Kanada Justin Trudeau nggak mau duduk berdekatan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam Konferensi Tingkat Tinggi organisasi Group of Twenty (G20) di Nusa Dua, Bali, Oktober mendatang.

Trudeau sudah menyam­paikan permintaannya itu ke­pada Presiden Joko Widodo, selaku pemimpin KTT G20 pada Kamis (31/3).

Kanada merupakan salah satu negara yang menolak ke­hadiran Putin di G20. Namun, karena Indonesia memutuskan mengundang semua anggota tanpa pengecualian, Kanada menghormatinya.

Trudeau mengingatkan, kehadiran Putin di G20 akan membawa dampak buruk bagi kelancaran forum.

“Itu akan menjadi masalah besar bagi banyak negara, ter­masuk Kanada. G20 adalah soal bagaimana kita mengelola dan mendorong pertumbuhan ekonomi dunia, “ kata Trudeu dikutip AFP, kemarin.

Trudeau menegaskan, invasi yang dilakukan Rusia ke Ukrai­na sudah menghambat pertum­buhan ekonomi dunia. Negeri Beruang Putih tidak mungkin bisa menjadi rekan konstruktif dalam mengelola krisis yang diciptakan negara itu atas agresinya sendiri di Ukraina.

“Intinya, tak mungkin hal itu menjadi urusan biasa bagi Vladi­mir Putin yang hanya duduk di sekitar meja berpura-pura semuanya baik-baik saja. Kar­ena itu tidak baik-baik saja, itu salahnya,” semprot Trudeau.

Kehadiran Putin di G20 menjadi perbincangan publik usai Indonesia memutuskan mengundang semua negara organisasi ini. Sebagian negara anggota G20 meminta Putin jangan diundang karena agresi militernya di Ukraina. Mereka yang menolak di antaranya Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Australia. Bahkan, Presiden AS Joe Biden menyuarakan pengusiran Rusia dari G20.

Namun, ada juga negara yang mendukung Rusia tetap hadir di forum ekonomi internasional itu. Mereka yakni Brasil dan China.

China menilai, Rusia meru­pakan anggota penting di G20 sehingga tak ada anggota yang punya hak menghambat kehadiran Putin.

Duta Besar China untuk In­donesia Lu Kang mendukung keputusan Indonesia untuk tetap mengundang Rusia.

“Kami sangat mendukung pendir  ian Indonesia sebagai Presidensi 20. Kami juga mengetahui ada beberapa pihak yang ingin merambah isu Rusia Ukraina ke dalam agenda G20 tahun ini,” tutur Dubes Lu dalam Konferensi Pers virtual, kemarin.

Dubes Lu mengatakan, In­donesia telah mengambil lang­kah tepat.

“Kami juga mengatahui In­donesia telah menyampaikan pendiriannya, yaitu G20 adalah forum diskusi isu ekonomi dan finansial. Kami sangat setuju bahwa Indonesia bisa meng­abaikan gangguan tersebut,” jelasnya. Menurutnya, jika Rusia dikeluarkan dari G20, maka hal itu membuat fungsi dari platform multilateral terganggu.

“Kita tahu bahwa instansi multilateral mempunyai fungsi masing-masing. Kalau kita me­masukkan semua isu ke dalam satu instansi multilateral, akan terganggu fungsinya. Itu juga tidak akan membantu instansi tersebut berperan,” pungkas­nya. [DAY/RM.id]

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *