Setelah dua tahun pembatasan karena Covid-19, ritual buka puasa bersama Ramadan serta itikaf kembali digelar di Masjidil Haram, Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Hal ini disambut warga penuh suka cita.
Pihak pengelola dua masjid telah memberikan lebih dari 2.000 izin untuk menyediakan makanan buka puasa gratis bagi jemaah. Bagi beberapa keluarga Saudi, menyediakan makanan buka puasa untuk orang lain merupakan tradisi.
Shatha Jaylan (30) dari Madinah, mengatakan, dia dan keluarganya telah menyediakan buka puasa selama bertahun-tahun di dekat pintu Al-Rawda.
“Kami telah menyajikan makanan berbuka puasa di (Madinah) selama sembilan tahun di bagian wanita. Ini adalah inisiasi antara ayah dan bibi saya,” terang Jaylan.
Keluarga-keluarga yang telah mendapatkan izin tersebut mengatakan bahwa mereka mulai mempersiapkan buka puasa dua pekan sebelum Ramadan. Ini kebahagiaan tersendiri bagi mereka. Keluarganyanya menyediakan yoghurt, roti shourik, duggah (campuran bumbu Madinah), berbagai jenis kurma seperti rutab dan sukkari, air zamzam botol, kopi Saudi, dan teh.
“Saya biasa melayani buka puasa untuk pengunjung (masjid) selama tiga tahun. Kami biasa mempersiapkan segala sesuatunya di pagi hari sehingga kami bisa membawa (semuanya ke) masjid di waktu Ashar untuk menghindari jam sibuk,” tuturnya
“Sangat penting untuk menyiapkan semuanya agar pengunjung dapat menikmati makanan mereka,” imbuhnya.
Jaylan mengatakan bahwa seperti orang lain yang menyediakan makanan, dia juga mempekerjakan pekerja untuk membantu persiapan dan penyajian. Namun, tahun ini Jaylan mengatakan, keluarganya tidak mendaftar untuk menyediakan makanan buka puasa.
“Begitu kami mendengar pengumuman acara buka puasa telah dibolehkan, kami sangat senang, namun, kami tidak ikut mendaftar tahun ini karena ada aturan dan peraturan baru yang berbeda,” katanya.
“Memberikan buka puasa, pergi ke masjid setiap hari menyenangkan, tetapi itu adalah tanggung jawab yang besar. Bibiku, sepupu-sepupuku, dan aku biasanya datang dari sore sampai malam setiap hari selama satu bulan. Ini tidak mudah karena begitu pengunjung pergi, kami (harus) mengumpulkan tikar plastik, sisa makanan, dan peralatan sekali pakai. Tetapi mendengar doa dari jemaah menghapus semua rasa lelah,” tambahnya.
Namun saat ini, panitia meluncurkan beberapa program untuk menyediakan layanan bagi jemaah selama Ramadan. Lebih dari 12.000 pekerja akan bertugas.[MEL/RM.id]
Tinggalkan Balasan