Covid-19 varian XE saat ini tengah jadi buah bibir. Varian yang pertama kali terdeteksi di Inggris pada Januari lalu itu telah mencatatkan 6.000 kasus di negeri Union Jack tersebut.
Saat ini, tingkat keparahan infeksi yang disebabkan oleh virus rekombinan sub varian Omicron BA.1 dan BA.2 tersebut masih belum dipahami. Tapi World Health Organization (WHO) mengatakan, varian XE 10 persen lebih menular dibandingkan subvarian Omicron BA.2.
Apakah Indonesia perlu khawatir? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman menyatakan, mutasi virus bukanlah hal yang aneh.
“Untuk Covid ini tidak usah aneh, bahkan tiap minggu ada sebetulnya. Hanya, datang silih berganti, dan yang survive menjadi terus ada adalah yang punya kelebihan. Baik dari sisi punya kecepatan penularan atau bisa menurunkan efikasi vaksin,” ujar Dicky, kemarin.
Nah, varian baru akan mati jika antibodi dan intervensi kebijakan kesehatan pemerintah kuat. Misalnya, dengan menggalakkan 3T (tracing, testing, treatment) dan menerapkan protokol kesehatan (prokes) secara disiplin.
Karena itu, masyarakat tidak perlu khawatir. Apalagi, masyarakat Tanah Air punya modal imunitas yang kuat. Baik karena pernah tertular Covid-19, maupun vaksinasi.
“Selama varian tidak punya kemampuan yang saya sebutkan, dia akan sirna,” imbuhnya.
Terpisah, Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta berupaya mengantisipasi penyebaran virus Corona varian XE. Salah satunya, dengan terus menggencarkan deteksi dini varian baru virus Corona ini.
“Kami juga bekerja sama dengan Litbangkes (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan) untuk mendeteksi apabila ada varian baru,” ujar Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti di Balai Kota DKI Jakarta, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, belum lama ini.
Diungkapkannya, sampel yang dicurigai atau diduga varian baru Covid-19 bakal dikirim ke Litbangkes serta laboratorium lainnya melalui metode whole genome sequencing.
Dari situlah baru bisa diidentifikasi apakah sampel tersebut merupakan varian baru atau bukan.
Kemudian, langkah antisipasi kedua yaitu terus menggencarkan pengetesan (testing), penelusuran kontak (tracing), dan perawatan (treatment), sekalipun kondisi Covid-19 di Ibu Kota saat ini cenderung melandai.
“Strategi 3T tetap kita kuatkan. Jadi kita tidak menurunkan jumlah tracing atau testing-nya, tapi kita tetap pertahankan cukup dalam jumlah standar,” tuturnya. [DIR/RM.id]
Tinggalkan Balasan