Luhut Jawab Dengan Senyum

Gara-gara menyuarakan penundaan pemilu dan presiden 3 periode, Menko Kemaritiman Dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan diserang kawan koalisi dan oposisi. Banyak kata-kata ejekan yang dialamatkan ke Luhut. Terbaru, dia dijuluki ‘Brutus Istana’. Ditanya soal julukan itu, Luhut jawab dengan senyum.

Adalah kader PDIP, Masinton Pasaribu yang pertama kali menyebut Luhut sebagai Brutus Istana. Anggota DPR itu menilai, Luhut telah menjerumuskan Presiden Jokowi dengan mewacanakan penundaan pemilu dan presiden 3 periode.

“Brutus di dalam Istana itu, ya Luhut,” kata Masinton.

Setelah Masinton melemparkan kata “Brutus Istana”, kemarin, politisi Gerindra, Fadli Zon, ikut juga memanaskannya. Anggota DPR yang jago bikin puisi itu bikin puisi berjudul Brutus. Meskipun tidak menyebut nama Luhut, tapi dalam puisi itu, Fadli menyinggung soal big data yang selama ini dikaitkan dengan Luhut.

Puisi Brutus itu, diunggah Fadli di akun Twitter pribadinya @fadlizon, kemarin. Berikut isi puisi Brutus karya Fadli Zon.

Lihatlah Indonesia makin berantakan, Ulah jahat oknum pejabat rakus arogan, Harga-harga meroket terbang, Utang menumpuk minyak goreng hilang, Tapi pengkhianat merasa jadi pahlawan, Pandai berdusta dengan big data, Apapun dilakukan demi kuasa, Nasib konstitusi dipertaruhkan, Jabatan Presiden minta diperpanjang, Ambisi mengatur segala urusan, Investasi gembar gembor tinggal janji, Tipu muslihat merampok hasil bumi, Asing pesta pora bersama oligarki, Negeri ini harus dimerdekakan kembali!

Hingga tadi malam, puisi Fadli Zon ini, sudah di-like 1.867 orang dan di retweet 620 orang.

Kritikan terhadap Luhut juga datang dari oposisi. Eks Ketua Umum Muhammadiyah, Din Syamsuddin salah satunya. Din memang tak menyebut nama Luhut secara gamblang, dia hanya menyebut menteri yang mewacanakan penundaan pemilu sebagai “menteri sumber malapetaka.”

“Jangan ada pejabat pemerintah, menteri ya, Menko Investasi secara bebas. Ini kan pangkalnya kegaduhan,” kata Din, saat ditemui wartawan usai mengisi ceramah di Masjid Kampus Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Selasa (12/4) malam.

Din meminta, semua orang taat konstitusi. Menurutnya, penundaan Pemilu dan jabatan presiden tiga periode, itu jelas melanggar konstitusi. “Seharusnya mata airnya, pangkalnya, itu dihentikan,” tegas petinggi Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) itu.

Din berharap, pejabat yang gemar menggaungkan penundaan Pemilu dan perpanjangan presiden dicabut amanahnya jadi pejabat.

“Kenapa nggak itu yang dipotong, akar tunjang. Maka jangan bermain-main dengan konstitusi dan jangan bermain-main dengan aspirasi rakyat,” ujar Din, tegas.

Ditanya apa maksudnya, ‘dipotong’, Din blak-blakan. “Pecat, potong, apa ganti, segala macam, tapi jelas harus diakui itu sumber, sumber dari malapetaka, dan ini belum tentu berhenti lho,” tegasnya.

Lalu, bagaimana tanggapan Luhut disebut Brutus Istana? Saat ditemui di Hotel Century Park, Jakarta, kemarin, Luhut hanya tersenyum.

Luhut mengatakan, tak mau berbicara soal itu. Menurut dia, kedatangannya hanya terkait program pelatihan atletik nasional di Mimika, Papua. [UMM/RM.id]

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *