Menteri Urusan Minoritas India Mukhtar Abbas Naqvi membantah adanya peningkatan kasus intoleransi antar agama di negaranya. Ia menekankan, masyarakat Negeri Bollywood itu memiliki kebebasan untuk menjalankan keyakinan mereka, dan tidak ada intoleransi yang tumbuh di antara komunitas agama.
Hal itu diungkapkan Naqvi dalam wawancara The Economic Times yang diterbitkan, Minggu (17/4), di tengah maraknya kerusuhan dengan alasan agama di berbagai daerah.
“Elemen pinggiran, yang tidak dapat mencerna perdamaian dan kemakmuran di negara ini, mencoba mencemarkan nama baik budaya dan komitmen inklusif India,” kata Naqvi, bagian dari pemerintah nasionalis Hindu Perdana Menteri Narendra Modi, yang dilansir Reuters.
Bentrokan agama pecah selama prosesi keagamaan Hindu di New Delhi, Sabtu (16/4). Insiden itu dikabarkan melukai beberapa orang, termasuk enam polisi. Itu terjadi beberapa hari setelah kekerasan serupa di tiga negara bagian India lainnya.
Dalam beberapa pekan terakhir, kerusuhan agama skala kecil telah pecah antara mayoritas Hindu dan komunitas Muslim di beberapa bagian negara.
Sementara itu beberapa mahasiswa di Ibu Kota India, New Delhi terlibat pertengkaran di kampus atas makanan non-vegetarian yang disajikan di asrama selama sepekan. Suguhan itu dianggap menguntungkan umat Hindu.
“Bukan tugas pemerintah untuk memberi tahu orang-orang apa yang harus dimakan atau tidak. Setiap warga negara memiliki kebebasan di negara ini untuk makan makanan pilihan mereka,” ujar Naqvi.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintahan Partai Nasionalis Hindu Bharatiya Janata yang dipimpin Modi telah mendorong kelompok-kelompok agama garis keras untuk mengambil tindakan yang mereka katakan membela agama Hindu.
Awal bulan ini, sebuah kontroversi meletus atas mahasiswa Muslim yang mengenakan jilbab ke sekolah di negara bagian Karnataka selatan, Bengaluru. Partai-partai oposisi India secara terbuka menyuarakan keprihatinannya atas kejadian tersebut.
Mereka menilai, India, yang didominasi oleh umat Hindu tetapi dengan minoritas yang cukup besar termasuk lebih dari 200 juta Muslim, menjadi kurang toleran di bawah rezim Modi.
“Tidak ada larangan hijab di India. Seseorang bisa memakai hijab di pasar dan tempat lain. Tapi setiap perguruan tinggi atau institusi memiliki aturan berpakaian, disiplin dan sopan santun. Kami harus menerima ini. Jika Anda tidak menyukainya, Anda bisa melakukannya. pilih lembaga yang berbeda,” cetus Naqvi.
Ia menambahkan, Kementerian Urusan Minoritas bukanlah Kementerian Urusan Muslim. Ada Islam, Jain, Kristen, Sikh, Parsis (Zoroaster), dan Buddha. “Di India, Hindu, Muslim, Sikh, Kristen setiap komunitas hidup berdampingan secara damai. Keyakinan dan keyakinan setiap komunitas harus dihormati,” tandasnya. [MEL/RM.ID]
Tinggalkan Balasan