Meski masih terbaring di kasur rumah sakit, Ade Armando mulai menyerang balik orang-orang yang mengejeknya. Dia mengancam mau polisikan Sekjen PAN Eddy Soeparno dan dosen Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Karna Wijaya.
Ade Armando kesal dengan pernyataan Eddy dan Prof Karna. Di akun Twitternya, Eddy mencuit soal penistaan agama dan ulama. Dalam cuitannya itu, Eddy memang tidak menyebut Ade Armando tapi AA. Namun, pihak Ade Armando menganggap itu dirinya.
“Saya mendukung pengusutan dan tindakan hukum kepada pelaku kekerasan terhadap AA, tapi saya juga mendukung tindakan hukum yang tegas kepada mereka yang menistakan agama dan ulama, termasuk AA,” cuit @eddy_soeparno. Cuitan itu ditulis Eddy Selasa (12/4), sehari setelah Ade Armando dipukuli saat menghadiri aksi 114 di Gedung DPR.
Sementara Prof Karna mengunggah foto kolase di Facebook pribadinya yang terdiri dari beberapa influencer Mulai dari Denny Siregar, Abu Janda, Dewi Tandjung hingga Ade Armando. pendukung Presiden Jokowi.
Melalui keterangan unggahannya, dia menyebut satu persatu dari para influencer itu, sedang dicicil massa. Meski telah dihapus, cuitan Prof Karna itu, tersebar berupa tangkapan layar di jagat Twitter.
Melalui kuasa hukumnya, Muannas Alaidid, Ade Armando memberikan somasi terhadap Eddy. Jika Eddy tidak menghapus Twittnya dan meminta maaf, pihaknya akan segera mengambil langkah hukum. “Tinggal tunggu saja, kita mau ambil langkah hukum di antaranya laporan polisi,” kata Muannas. kemarin.
Bukan cuma Eddy, Muannas juga berencana melaporkan Prof Karna. Keduanya akan dilaporkan atas dugaan fitnah hingga pengancaman.
Muannas mengatakan, keduanya bakal dilaporkan secara terpisah. Pasalnya, perkara yang dilaporkan kepada Prof Karna dan Eddy berbeda. “Sekjen PAN itu pencemaran nama baik. Dalam cuitannya itu menyebut Ade Armando penista agama dan ulama padahal nggak ada putusan resmi dari pengadilan,” ungkapnya.
Sementara itu, Prof Karna akan dilaporkan atas dugaan pengancaman. Laporan itu mengacu pada unggahan Prof Karna di media sosialnya terkait Ade Armando. “Kalau yang dosen UGM, dari foto-foto yang beredar itu, yang dia posting dijadikan target Ade Armando disilang,” lanjut dia.
Bagaimana tanggapan Eddy? Eddy cuma bisa mengelus dada menyikapi ancaman yang dilayangkan pihak Ade Armando. Eddy hanya menjelaskan untuk semua, termasuk dirinya agar fokus menjalankan ibadah puasa Ramadan.“Selamat menjalankan ibadah puasa. Sucikan hati, jaga lisan dan perbuatan. Semoga ibadah kita di bulan suci Ramadan dimudahkan dan mendapat ridho Allah SWT. Salam sehat selalu,” tandas Eddy.
Sementara, Prof Karna mengaku hanya bercanda mengunggah masalah pengeroyokan terhadap Ade. Dia menilai unggahan yang dirinya buat juga biasa saja. “Saya mem-posting sesuatu yang sebenarnya hanya gojekan (bercanda), jadi kan sangat biasa sekali. Bahkan statement-statement yang dikeluarkan Ade Armando dan lain sebagainya itu, lebih sadis,” jelas Prof Karna.
Toh, bukan cuma peristiwa pemukulan terhadap Ade Armando saja yang dirinya buat candaan. Ia melakukan hal serupa untuk isu begal maupun kejahatan jalanan yang kini ramai diplesetkan dengan istilah klitih. “Sosial politik yang lain, ekonomi juga, tapi tidak digoreng. Yang digoreng cuma (isu) Ade Armando saja,” tambah dia.
Terkait tangkapan layar komentar ‘disembelih’ itu, terang Prof Karna, terlihat layaknya telah diedit sebelum diunggah ke Facebook Kagama (Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada) oleh seseorang berinisial JS, tanpa sepengetahuannya. Ia tak mengetahui maksud yang bersangkutan melakukan hal demikian.
Salah satu yang digoreng adalah ketika dirinya menimpali sebuah unggahan lain pada kolom komentar dengan menuliskan kata ‘disembelih’. Karna menegaskan, komentarnya itu bukan dalam konteks peristiwa atau postingan mengenai Ade Armando.
Terlepas dari itu, Prof Karna mengakui salah memilih diksi dalam komentarnya. Alhasil memunculkan berbagai persepsi dalam komunikasi nonverbal di medsos. “Sudah saya sampaikan maaf juga ke Pak Rektor (UGM), barangkali diksi yang saya sampaikan menimbulkan kegaduhan di luar sana,” pungkas dia.
Bagaimana sikap PAN? Tidak terima sekjennya diancam dipolisikan, PAN pasang badan. Wakil Sekjen PAN, Slamet Ariyadi menegaskan, sekjen merupakan simbol dan kehormatan, sehingga partai yang akan meresponsnya.
“Kami di PAN akan merespons dengan tindakan yang terukur, bermartabat dan dalam koridor hukum yang berlaku,” ujar Slamet.
Slamet heran, Ade Armando dan Muannas bisa-bisanya menyimpulkan inisial AA adalah Ade Armando. Toh, Eddy tidak pernah menyebut nama Ade Armando secara gamblang. Dia lantas menyarankan agar Ade fokus pada pengusutan para pelaku pengeroyokan.
Selain itu, Slamet juga menyarankan, agar Muannas meminta kejelasan perihal status kliennya sebagai tersangka kasus penistaan agama. Jangan malah menyibukkan diri mensomasi dan mengancam. [UMM/rm.id]
Tinggalkan Balasan