Budaya Dayak Meriahkan Perayaan Hari Bumi Di Swedia

Masyarakat Indonesia di kota Malmö, Swedia Selatan merayakan Hari Bumi dengan menampilkan kebudayaan Kalimantan, khususnya Dayak, Sabtu (23/4).

Acara peringatan Hari Bumi tersebut, diinisiasi organisasi nirlaba, The Swedish Indonesia Bagus Association (Bagus). Menurut keterangan KBRI Stockholm yang diterima di Jakarta, Senin (25/1), acara peringatan Hari Bumi itu bertajuk Stories and Sounds from Borneo.

Acara berlangsung selama dua jam di Studiefrämjandet, lembaga pendidikan Swedia yang telah lima tahun bekerja sama dengan Bagus.

“Masyarakat Dayak hidup di paru-paru dunia. Selama ribuan tahun mereka hidup secara harmonis dengan hutan. Karena itulah Bagus sangat antusias mempromosikan budaya Dayak,” kata Ketua Bagus, Hans Hansson.

Dalam acara Hari Bumi itu, sembilan anak berusia 5-13 tahun dari organisasi Bagus membawakan tarian Gantar. Mereka merupakan anak-anak WNI yang sedang bekerja dan bersekolah di Swedia, anak-anak campuran Indonesia-Swedia, serta anak-anak yang berasal dari negara lain.

Puncak acara tu adalah penampilan musik Sape oleh Laetania Belai Djandam (20), mahasiswi suku Dayak yang sedang menempuh pendidikan Kesehatan Masyarakat di Universitas Sheffield, Inggris. Belai memainkan lagu Lan e dan Leleng mengiringi tarian anggota Bagus bernama Amra Crupic.

Selanjutnya, Belai yang aktif dalam organisasi Climate Reality Indonesia,  bercerita tentang kondisi hutan Kalimantan dulu dan kini. Dia juga berbagi tentang cara dan upaya seharusnya dalam melindungi hutan tropis di Kalimantan.

Belai yang masih belia itu terlihat tak kuasa menahan air matanya saat menceritakan kondisi hutan dan ancaman kerusakan lingkungan tempat tinggal masyarakat Dayak.

Dalam acara itu, Bagus juga bekerja sama dengan para mahasiswa Indonesia yang tergabung dalam Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Scania, Swedia Selatan. Para mahasiswa dan mahasiswi dari Universitas Lund menampilkan tarian Burung Enggang yang dinamis untuk memukau penonton.

Selain itu, para mahasiswa lainnya menyanyikan lagu Cik-Cik Periuk dan Ampar-Ampar Pisang sambil diiringi permainan piano.

Para penonton menyatakan kekagumannya terhadap pertunjukan itu. “Program yang sangat bagus, musiknya bagus juga tari-tariannya memukau. Saya sangat menikmati,” kata Simon Olsson (30), pria asli Swedia.

Acara itu ditutup dengan tarian Manari Manasai yang diikuti para penonton dengan menari bersama berkeliling aula pertunjukan.

Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Denmark Dewi Wahab pun ikut ambil bagian dalam tarian tersebut. Sementara, Dubes RI untuk Swedia yang berhalangan hadir menyatakan kegembiraannya atas inisiatif Bagus yang menampilkan dan mempromosikan kebudayaan di Kalimantan.

”Apalagi ibu kota baru akan dibangun di sana,” katanya menutup pembicaraan lewat telepon bersama pengurus Bagus.[MEL/RM.ID]

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *