Presiden Rusia Vladimir Putin mengingatkan negara-negara, agar tak nekat ikut campur dalam perang Ukraina. Jika tak mau berurusan dengan respons kilat Rusia.
Hal itu ditegaskan Putin dalam pertemuan dengan anggota Parlemen Rusia di St. Petersburg, Rabu (27/4). Sehari setelah negara-negara Barat menggelar pertemuan puncak di Jerman, dan meneguhkan janji untuk mendukung Ukraina.
“Kami punya semua alat yang tidak dapat dibanggakan oleh siapa pun. Kami tidak perlu menyombongkannya. Tapi, kami akan menggunakannya jika perlu,” ujar Putin, yang tampaknya merujuk pada rudal balistik dan senjata nuklir, seperti dikutip BBC.
Tanpa menjelaskan secara rinci, Putin mengatakan, segala keputusan yang terkait rencana tanggapan tersebut telah dibuat.
Dalam perkembangan terkini konflik Ukraina, para sekutu telah meningkatkan pasokan senjata untuk negara yang dipimpin Volodymyr Zelensky.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin bahkan berjanji untuk menggerakkan langit dan bumi. Demi memastikan Ukraina memenangkan perang.
Baru-baru ini, ada peningkatan jumlah komitmen untuk meningkatkan dukungan militer ke Ukraina. Termasuk dari Jerman, yang berencana mengirim 50 tank anti-pesawat.
Rusia disebut terus membangun kekuatan di dalam dan sekitar Donbass. Tapi, tak ada progress.
“Ketika menghadapi tujuan militer yang sebenarnya, mereka kewalahan mengatasi perlawanan keras Ukraina. Apalagi, Rusia tak suka berperang di tengah hujan,” ungkap seorang pejabat.
“Kesadaran taktis Rusia buruk. Mereka terus menderita kesulitan logistik. Rusia sebetulnya memiliki kemampuan untuk beroperasi di luar jalan raya. Tapi, mereka masih memilih untuk tidak melakukannya. Bahkan di tempat-tempat di mana pasukan Ukraina dikepung. Mariupol contohnya,” imbuh pejabat tersebut.
Di tempat-tempat Rusia telah mengambil alih, pasukan Ukraina telah menunjukkan kemampuan luar biasa untuk melakukan serangan balik. Bahkan kadang, melakukannya dengan sangat cepat. Sehingga, Rusia dengan cepat menemukan diri mereka berada di belakang kaki.
Pasukan khusus Ukraina, yang beroperasi di belakang garis Rusia, mampu mengeksploitasi kerentanan jalur pasokan yang panjang. Ini membantu mengulur waktu untuk Ukraina.
Dalam perkembangan lain, Komisi Eropa menuduh Rusia melakukan pemerasan, setelah Moskow menghentikan ekspor gas ke Polandia dan Bulgaria.
“Hal ini menunjukkan, Rusia tidak dapat diandalkan sebagai pemasok,” kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen.
Merespons hal ini, Kremlin mengatakan, apa yang dilakukan Rusia sesungguhnya sangat dipengaruhi oleh langkah-langkah tidak bersahabat dari negara-negara Barat.
Raksasa gas Rusia Gazprom terpaksa menyetop pasokan gas ke Polandia dan Bulgaria, karena kedua negara tersebut menolak membayar gas dalam rubel Rusia. Sesuai aturan yang diterbitkan Putin pada Maret lalu, menyusul melemahnya rubel oleh sanksi Barat. [HES/RM.ID]
Tinggalkan Balasan