CILEGON, BANPOS – Memanfaatkan limbah non B3 berupa palet kayu bekas dan inner roll dalam mewujudkan Net Zero Emission di Indonesia dan komitmen terhadap ESG, PT Chandra Asri Petrochemical (CAP) bekerjasama dengan para mitra POKDARWIS (Kelompok Sadar Wisata) Putri Gundul Putri, membangun Kawasan Edu-ekowisata Mangrove Patikang Lestari, dengan membuat trek sepanjang 29 meter di Kampung Patikang, Desa Citeureup, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang.
Selain itu, Chandra Asri juga menyumbangkan palet kayu bekas kepada pengrajin disekitar Desa Patikang, Banten untuk dijadikan kerajinan tangan seperti jam kayu, plakat kayu, dan lainnya.
“Pemanfaatan limbah ini sebagai bentuk dukungan dan tanggung jawab perusahaan dalam mewujudkan Net Zero Emission di Indonesia dan komitmen terhadap ESG, agar hutan mangrove di kawasan Edu-ekowisata Mangrove Patikang Lestari, dapat terjaga kelestariannya sesuai dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) Ke-13 mengenai perubahan iklim,” kata Edi Rivai selaku Director of Legal, External Affairs and Circular Ecnomy CAP saat ditemui di Patikang Lestari, di Kampung Patikang, Desa Citeureup, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang, Senin (20/6).
Selain itu, lanjut Rivai kawasan Edu-ekowisata Mangrove Patikang Lestari, juga dapat berkembang dan berimplikasi pada kesejahteraan masyarakat sekitar. “Pembangunan Kawasan Edu-ekowisata Mangrove Patikang ini juga diharapkan berkontribusi pula dalam upaya pelestarian daerah pesisir sekaligus mendorong perekonomian masyarakat sekitar,” ujarnya.
Kemudian diungkapkan Edi Rivai, setelah merampungkan tahap pertama lewat perbaikan trek dan pembangunan saung edukasi Chandra Asri, pihaknya kini meninjau proyek untuk selanjutnya melakukan studi analisa guna menentukan area khusus konservasi dan pengembangan wisata.
Selain itu, kawasan yang mencakup area seluas 9.500 m2 ini dimaksudkan untuk memaksimalkan blue carbon sebagai bagian dari proses dekarbonisasi. Saat ini area Edu-ekowisata Mangrove Patikang sedang tahap analisa pemantauan ekosistem mangrove agar perusahaan dapat mengetahui upaya yang perlu dilakukan untuk menjaga ekologinya. Jika studi sudah rampung, rencananya penanaman mangrove akan kembali dilaksanakan di 2022 ini.
“Dengan terbentuknya Kawasan Edu-Ekowisata Mangrove, Kampung Patikang diharapkan menjadi destinasi wisata baru yang dikelola oleh komunitas sekaligus memelihara kelestarian mangrove sebagai daya tarik utamanya serta meningkatkan perekonomian masyarakat di wilayah penyangga. Selain itu, untuk mendukung wisata di lokasi, CAP juga memberikan bantuan Canoe wisata hasil kerja sama dengan pelanggan Chandra Asri yang diserahkan pada 2 Desember 2021 lalu, yang diperuntukkan sebagai fasilitas untuk berkeliling di area Kawasan Edu-ekowisata Mangrove Patikang dan untuk menggaet wisatawan,” terangnya.
Ditempat yang sama, Ketua Pokdarwis Putri Gundul, Deden Sudiana mengaku merasa terbantu dengan pemberdayaan dan dukungan Chandra Asri terhadap pengembangan Lembur Mangrove di Patikang ini, terlebih saat ini masyarakat yang umumnya nelayan bisa tetap mencari nafkah dengan menjadi petani mangrove saat tidak bisa melaut karena cuaca buruk.
“Kami sangat bersyukur mendapat dukungan dari Chandra Asri sejak 2020- 2021 lalu hingga saat ini. Kenapa karena sekarang masyarakat tidak lagi menggantungkan penghasilan dari hasil mencari ikan di laut, tetapi juga dapat bersama-sama menjadi petani mangrove,” kata Deden.
Bahkan menurutnya, dalam sembilan bulan dari budidaya pembibitan mangrove di kawasan Edu-Ekowisata ini, sebanyak 100 hingga 200 ribu bibit pohon bisa dipanen untuk dipasarkan dengan harga Rp5.000 perbatangnya. (LUK/RUL)
Tinggalkan Balasan