Pemasangan Stiker di Rumah Penderita Stunting Diprotes

LEBAK, BANPOS – Khawatir berdampak negatif kepada anak penderita Stunting, rencana pemerintah Kabupaten Lebak memasang stiker di rumah warga yang memiliki anak stunting menuai banyak protes.

Salah satunya disampaikan pengurus Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kabupaten Lebak. Menurut mereka labelisasi itu justru bisa membuat keluarga anak merasa minder, bahkan lebih dikhawatirkan berujung perundungan atau bullying pada si anak tersebut.

Pemasangan stiker bertujuan agar tenaga kesehatan di tingkat desa bisa lebih fokus melaksanakan tugasnya dalam penanganan kondisi pada anak akibat kekurangan gizi. Memang menurut Ketua LPA Lebak Oman Rohmawan, itu cukup bagus. Namun, ia lebih mengkhawatirkan dampak negatif yang ditimbulkan.

“Dengan dipasang stiker justeru malah membuka privasi kondisi anak penderita stunting. Bagi anak yang belum bisa baca mungkin enggak ada masalah, tapi bagi anak yang sudah bisa membaca mereka akan nanya stunting itu apa, dan ini dikhawatirkan bisa berujung bullying,” kata Oman.

Dikatakan oman, rencana pemasangan stiker oleh Pemkab Lebak itu bertujuan agar warga di lingkungan tersebut bisa ikut serta membantu, dan memang tujuannya itu bagus.

“Kalau cuma memasang stiker dan diharapkan masyarakat dilingkungan itu bisa ikut membantu, lalu dari pemerintah nya bagaimana?,” ujarnya.

“Tujuannya dipasang stiker agar warga ikut membantu tetangga yang anaknya stunting memang bagus, terus dari pemerintahnya itu apa?.. Kalau cuma pasang stiker, itu lucu, apa substansinya coba?,” imbuhnya.

Oman mengaku khawatir, labelisasi dengan pemasangan stiker di rumah anak stunting justru akan membuat keluarga si anak merasa minder. Penanganan stunting oleh pemerintah seharusnya dilakukan dengan program-program yang konkret, seperti kegiatan penambahan gizi dan tambahan makanan lainnya.

“Seharusnya bagaimana pemerintah meningkatkan asupan gizi yang baik bagi mereka, dengan makanan tambahan yang baik dan bergizi pada anak dan ibu hamil, termasuk memaksimalkan pencegahannya. Bukan dengan memasang stiker di rumah,” pungkasnya.

Pemerintah Kabupaten Lebak sebelumnya akan memprioritaskan layanan khusus kepada anak yang menderita stunting di layanan kesehatan. Kebijakan tersebut, kata Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Lebak, Budi Santoso, sebagai upaya memaksimalkan penurunan penyakit akibat kurangnya asupan gizi yang baik.

Rencana Pemerintah Kabupaten Lebak itu, mendapat respons positif dari banyak pihak. Namun, muncul juga kritik pada saat pemerintah berencana memasang stiker di rumah-rumah warga yang anaknya mengalami stunting akibat kurang asupan gizi yang baik.

Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak melalui Kepala Bidang Kesehatan masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lebak, dr Nurul Isneini sebelumnya mengatakan. Permasalahan Stunting di Lebak ini membutuhkan intervensi lintas sektor. Untuk itu Dinas Kesehatan melakukan pertemuan rembug Stunting.

“Masalah Stunting ini enggak bisa diselesaikan oleh satu dinas saja. Nah kemarin kita berkumpul untuk rembuk soal itu,” katanya.

Dikatakannya, adapun kriteria yang masuk dalam kelompok keluarga beresiko Stunting itu, calon pengantin (Catin), ibu hamil, ibu menyusui, dan batita atau anak di bawah tiga tahun. Nurul menjelaskan, kalau catinnya enggak sehat, ibu hamilnya enggak sehat, pas lahir anaknya itu bisa Stunting.

“Anak-anak yang berusia dua tahun kalau tidak diberikan makanan pendamping ASI yang tinggi protein setelah enam bulan itu bisa jadi Stunting. Stunting disebabkan berbagai faktor seperti penyediaan air bersih hingga sarana sanitasi di lingkungan.

“Kalau dia (keluarga) tidak memiliki jamban terus dolbon dan doli, kalau anak gampang sakit itu enggak tumbuh. Kalau air yang diminum enggak bersih juga banyak penyakit, maka dari itu perlu intervensinya lintas sektor, tidak hanya dinas kesehatan saja,” ungkapnya.

Sesuai undang-undang kata Nurul, bahwa usia untuk calon pengantin minimal harus 19 tahun, kemudian 3 bulan sebelum menikah mereka sudah terdaftar. Salah satu yang perlu menjadi prioritas Tim Pendamping Keluarga (TPK) adalah mengunjungi rumah satu-satu dan mendorong mereka memeriksa kesehatan di fasilitas kesehatan.

“Kalau enggak mendaftar nanti keburu hamil, kalau ada masalah dengan kesehatannya anaknya itu bisa Stunting. Ini perlu jadi prioritas Tim Pendamping Keluarga (TPK) mengunjungi rumah sasaran dan mendorong memeriksa kesehatan di fasilitas kesehatan,” tandasnya.(Her/PBN)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *