Wakil Ketua MPR Ahmad Muzani menghadiri acara wisuda Pondok Pesantren Riyadhussalam pimpinan KH Abdul Wahid, Mandalawangi, Pandeglang, Banten, Sabtu (25/6). Turut hadir anggota Komisi X DPR Fraksi Gerindra, Ali Zamroni dan Ketua DPRD Pandeglang, Tubagus Udi Juhdi.
Pada kesempatan itu, Muzani berbicara mengenai pentingnya pendidikan akhlak dan adab dalam dunia pendidikan. Sebab, itu merupakan bekal penting untuk setiap murid jika kelak di kemudian hari mereka telah menjadi pemimpin di tengah masyarakat.
“Hormatilah para guru, kyai, para ustadz yang telah mengajarmu, memberikan ilmu kehidupan yang berguna bagimu dan agama. Jangan sekali-kali kalian lupa, apalagi mengkhianati orang-orang yang telah membesarkanmu. Saya rasa ini penting untuk terus ditekankan,” ujar Muzani.
Muzani menyebut, sering kali ditemui peristiwa mengesampingkan adab dan akhlak berterimakasih kepada siapa yang telah membesarkan seseorang. Apalagi, di dalam dunia politik, anomali itu kerap terjadi.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gerindra itu mengatakan, di dalam adab politik di Indonesia jarang sekali para pemimpin menyampaikan terimakasih kepada orang-orang yang telah membesarkannya. Apalagi, berterima kasih kepada partai yang telah mengangkat namanya.
Justru, yang terjadi adalah mereka yang dibesarkan itu berseberangan secara politik dan bersaing dengan orang yang membesarkannya demi suatu jabatan. Nah, peristiwa politik tersebut, bagi Muzani tidak menunjukkan suatu adab dan akhlak yang baik.
“Dalam tradisi politik kita, terima kasih adalah suatu yang langka, jarang dijumpai. Sepertinya ini menjadi suatu hal yang mahal. Adab politik kita telah dijauhi oleh pelaku politik kita,” katanya.
“Ini sesuatu hal yang nyata. Maka pemimpin-pemimpin kita harus kembali kepada adab seperti yang diajarkan oleh orang tua kita, para pemimpin terdahulu kita. Hormat menghormati dan saling menghargai adalah sesuatu hal yang telah diajarkan puluhan bahkan ratusan tahun dalam tradisi kita. Tapi akhlak atau adab berterima kasih untuk tahu siapa yang memberi jasa saat ini sudah mulai hilang,” tambahnya.
Politisi kelahiran Tegal ini menceritakan, adab dan akhlak berterimakasih merupakan cara untuk mencari keberkahan demi kebaikan membangun bangsa dan negara. Tentunya, setiap orang ingin guru, orang tua, dan orang yang membesarkan kita merasa bangga atas prestasi yang kita raih.
“Maka, penting untuk kita berterimakasih kepada orang-orang yang telah membesarkan kita, karena itu adalah untuk kita bisa meraih kebaikan bersama,” pesannya.
Itu sebabnya, Muzani berharap agar Ponpes Riyadhussalam bisa menciptakan calon pemimpin yang bisa menjaga tradisi berterima kasih dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Jika akhlak sudah tidak ada lagi dalam kehidupan kita, maka tidak ada lagi rasa saling menghormati dan berterima kasih kepada orang-orang yang telah membesarkan kita. Karena dari sinilah muncul calon pemimpin-pemimpin bangsa di masa depan. Jika kalian jadi orang jangan pernah berkhianat kepada bangsa, rakyat, guru, kepada kiai-kiai yang telah membesarkan kalian,” tandasnya.(PBN/RMID)
Tinggalkan Balasan