LEBAK, BANPOS – Tingginya angka kematian ibu dan angka kematian bayi (AKI/ AKB) membutuhkan kolaborasi dari semua pihak serta adanya peningkatan pelayanan kesehatan. Hal ini mengemuka dalam focus group discussion penyampaian hasil community score card (CSC) yang dilaksanakan oleh Simpul Gerakan Madani (SIGMA) di Aula IT Bapelitbangda Lebak, Kamis (30/6).
Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita (PPSW) Pasoendan Digdaya dalam sambutannya memaparkan bahwa pihaknya telah berupaya untuk turut serta dalam mendorong penurunan AKI/ AKB dengan pembentukan pokja dan satgas KIBBL di dua desa yaitu Desa Cisimeut dan Desa Cisimeut Raya.
“Selain itu, telah dilakukan pemetaan informasi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir, penguatan kapasitas SATGAS, serial diskusi POKJA, pembentukan kelompok komunitas ekonomi lokal, dan pelaksanaan CSC,” ujar Program Coordinator PPSW Pasoendan Digdaya, Roni Pranayuda.
Roni menyampaikan bahwa Puskesmas Cisimeut menjadi puskesmas piloting program USAID MADANI, dimana hasil dari kegiatan piloting ini akan ditindaklanjuti pada tahun ke 3 dengan mereplikasi di 8 Desa sebagai praktik baik dalam pelaksanaan program.
Sementara itu, Field Coordinator USAID MADANI Lebak, Solihin menyampaikan bahwa, tujuan dari CSC adalah untuk memantau dan mengevaluasi layanan kesehatan.
Solihin juga memaparkan, dalam rangkaian kegiatan CSC yaitu, penilaian bersama penyelenggara layanan, penilaian warga/penerima layanan, serta tatap muka bersama penyelenggara layanan dan penerima layanan untuk kesepakatan terkait aspek penilaian yang sudah disepakati.
“Kemudian menyepakati rencana tindak lanjut yang akan dilaksanakan,” ujar Solihin.
“Dari rencana tindak lanjut sebagai perbaikan layanan, ada kewenangan Puskesmas dan ada kewenangan Dinas Kesehatan, maka dikerucutkan ke dalam 5 rekomendasi sebagai perbaikan layanan tersebut,” jelasnya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Bapelitbangda, Virgojanti menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih atas upaya yang dilakukan oleh PPSW Pasoendan Digdaya dan Simpul Belajar SIGMA Lebak dalam peran sertanya mendorong penurunan AKI/ AKB.
“Sebagai salah satu inovasi di Kabupaten Lebak, Bapelitbangda memasukan JIMAT dalam penanganan stunting karena inovasi ini didorong oleh Pemerintah Daerah (Bupati) yang dilaksanakan oleh seluruh elemen (pemerintah, masyarakat, swasta). Apabila ada masyarakat mempunyai ide inovasi yang bertujuan sebagai partisipasi mendorong pembangunan Kabupaten Lebak maka Bapelitbangda mempersilahkan datang dan membuka ruang komunikasi,” jelasnya.
Ia juga berpesan, agar OMS yang sudah tergabung ke dalam Simpul Belajar MADANI (SIGMA) bisa menjadi contoh untuk OMS-OMS lain yang berada di wilayah Kabupaten Lebak.
“Kepada OPD agar membuka ruang komunikasi dan terbuka dalam penyampaian informasi kepada pelaksana program karena bisa membantu percepatan pembangunan di Kabupaten Lebak,” tegasnya.
Kegiatan penyampaian hasil CSC dilaksanakan oleh Ketua SIGMA Lebak, Nurul Huda yang menyampaikan tahapan CSC dan juga rekomendasi yang perlu dilakukan berdasarkan hasil CSC tersebut.
Sementara itu, Perwakilan Puskesmas Cisimeut, Iton menyampaikan, 13 aspek penilaian yang dipaparkan untuk tahun 2020 itu sudah ada, tetapi di tahun 2021 karena adanya bangunan baru Puskesmas maka menata ulang kembali.
“Dari Puskesmas kekurangannya adalah keramahan petugas, untuk mengatasi hal tersebut ada rencana program magang petugas kesehatan supaya memiliki keramahan dan kesopanan seperti pelayanan bank,” jelasnya.
Menurutnya, bangunan baru ini juga agar pelayanan semakin nyaman, seperti tidak berputar antara ruang pelayanan, pengambilan obat, laboratorium.
“Terkait dengan angka kematian ibu dan bayi baru lahir ini juga menjadi PR bersama di Puskesmas karena kematian ibu dan bayi baru lahir banyak penyumbang dari Desa Kanekes (warga baduy) yang mana warga baduy dalam bercocok tanam (huma) selalu berpindah pindah (Nomaden),” paparnya.
Ia juga memberikan masukan, agar bisa menghadirkan 5 Puskesmas terdekat seperti Puskesmas Bojongmanik, Cirinten, Leuwidamar, Sobang, Muncang untuk melakukan komunikasi antar Puskesmas agar kepentingan ketika ada persalinan tidak mesti ke Puskesmas Cisimeut dan keberadaan warga baduy yang hamil bisa dideteksi keberadaannya.
“Jangan sampai ada kasus kematian dikarenakan lambat penolongan dan ini terkait SOP komunikasi antar petugas dan Puskesmas,” terang Iton.
Acara ini dihadiri oleh Bapelitbangda, Dinas Kesehatan, DPMD, Kecamatan Leuwidamar, Puskesmas Cisimeut, Koordinator Bidan Cisimeut, IBI, Desa Cisimeut, Desa Cisimeut Raya, IBI, BPD/Pokja yang difasilitasi oleh FC, LP, dan Simpul Belajar USAID MADANI.(MUF/PBN)
Tinggalkan Balasan