SERANG, BANPOS – Sejumlah guru di Kota Serang telah memasuki masa pensiun. Namun, jumlah guru yang purna bertugas, disebut tidak berbanding lurus dengan rekrutmen guru ASN yang akan menggantikan tugas bagi guru yang sudah pensiun.
Demikian disampaikan Kepala Dindikbud Kota Serang, Alpedi, Senin (18/7). Pihaknya mengaku bingung dengan banyaknya guru yang pensiun namun rekrutmen ASN tidak dilaksanakan setiap tahun.
“Hanya saja kalau bicara purna bakti guru yang pensiun dengan yang masuk, tidak berbanding lurus. Jadi di lapangan kita bingung, memang guru itu banyak yang pensiun sementara rekrutmen guru PNS sekarang tidak setiap tahun,” ujarnya.
Alpedi mengungkapkan, saat ini pemerintah merekrut Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) dengan harapan dapat menggantikan para guru yang sudah pensiun. Ia mengatakan bahwa pihaknya turut mengapresiasi dan mengucapkan selamat telah memasuki masa pensiun dengan kondisi badan sehat, segar, bugar, dan bisa melaksanakan tugasnya dengan baik.
“Oleh karena itu pemerintah merekrut sekarang PPPPK itu yang harapannya bisa mengganti mereka-mereka yang sudah pensiun,” tandasnya.
Sementara itu, Walikota Serang, Syafrudin, mengucapkan terima kasih kepada purna ASN yang selama ini berbakti untuk Pemerintah Kota Serang selama berpuluh-puluh tahun. Ia berharap, seluruh purna bakti ASN diberikan Kesehatan, kekuatan dan keberkahan di tengah-tengah masyarakat.
“Setiap ada yang pensiun kita berikan bantuan baik dari Taspen, Bank Jabar, kemudian juga dari Pemerintah Kota Serang,” ujarnya.
Pemerintah Kota Serang memberikan penghargaan yang memberikan simbol bahwa semua harus memiliki sifat saling saling menyayangi dan empati. Tak lupa ia berpesan agar para ASN yang sudah purna untuk menjaga kesehatan dan persaudaraan.
“Kami mendoakan kepada para purna bakti agar tetap sukses dan semakin sukses dalam menghadapi masa pensiun. Semoga juga mampu menikmati masa pensiun bersama keluarga tercinta dan masyarakat dengan nyaman dan dinaungi keberkahan dari Allah SWT,” tandasnya. (MUF/AZM)
——-
Banyak ‘Sekte’ Bermunculan, Kesbangpol : Orang Halu
SERANG, BANPOS – Sejumlah ‘sekte’ yang akhir-akhir ini muncul di Provinsi Banten disebut lantaran banyak masyarakat yang terlalu berhalusinasi atau halu terhadap imajinasinya. Meski tidak berbahaya bagi keutuhan berbangsa, namun sekte halu tersebut justru dikhawatirkan bisa menjadi bulan-bulanan masyarakat.
Untuk diketahui, dalam beberapa waktu terakhir, masyarakat dikejutkan dengan pengakuan seorang pria di Kabupaten Lebak sebagai titisan dewa matahari. Sementara seorang pria di Kota Serang, mengaku sebagai Nabi Khidir, nabi yang dalam literatur Islam merupakan penjelajah waktu.
Kepala Badan Kesbangpol Provinsi Banten, Ade Ariyanto, mengatakan bahwa mayoritas mereka yang mengaku-ngaku sebagai titisan maupun jelmaan tokoh tertentu, merupakan orang yang berhalusinasi saja. Sehingga, nilai keimanan harus benar-benar dijaga agar tidak terkecoh.
“Nilai-nilai keimanan kita yang harus betul-betul teguh, jangan banyak berhalu. Terakhir di Lebak dan Kota Serang itu memang sangat mengagetkan. Insyaallah sudah tertangani dengan baik, dilakukan pembinaan dari MUI setempat,” ujarnya saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (18/7).
Ia mengatakan bahwa untuk mencegah terjadinya paham-paham yang melenceng dari agama maupun ideologi negara, pihaknya telah meluncurkan program bernama Sistem Lapor Cepat dan Respon Cepat (Silapat).
“Program ini intinya untuk mengoptimalkan kembali bagaimana kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya. Insyaallah kalau masyarakat peduli terhadap lingkungannya, kita bisa deteksi dini, kita akan lebih banyak pencegahannya,” tutur Ade.
Menurutnya, meskipun banyak sosialisasi dan pembinaan yang dilakukan oleh Kesbangpol Provinsi Banten, ada saja hal-hal yang berkaitan dengan paham-paham yang melenceng dari agama maupun ideologi negara. Apalagi dalam waktu dekat, akan memasuki tahun politik.
“Apalagi kalau nanti dikait-kaitkan dengan tahun-tahun politik. Tapi Insyaallah dengan kebersamaan, kita optimalkan masyarakat peduli dengan lingkungannya. Sehingga bisa dilakukan deteksi dini terkait dengan hal itu,” katanya.
Menurutnya, untuk dua kasus terakhir yakni klaim sebagai titisan dewa matahari maupun jelmaan Nabi Khidir, tidak terlalu membahayakan bagi kesatuan dan persatuan bangsa. Namun yang dikhawatirkan adalah masyarakat yang bergerak melakukan penghakiman sendiri, lantaran merasa agama mereka dilecehkan.
“Kalau hukum negara masih aman. Yang kita khawatirkan hukum masyarakat. Karena kalau yang mengadili masyarakat repot. Namun Alhamdulillah tertangani dengan baik. MUI dan petugas Kepolisian mengedepankan pendekatan persuasif,” tandasnya. (DZH/AZM)
Tinggalkan Balasan