Ade Hadiri Haul Abuya Ibrahim

MALINGPING, BANPOS – Ribuan warga dan santri di Lebak Selatan (Baksel) menghadiri peringatan Haul Almarhum Abuya Ibrahim ke 32 yang berlangsung di Pondok Pesantren (Ponpes) Maulana Yusuf, Desa Pagelaran Kecamatan Malingping, Senin malam (8/08) kemarin.

Diketahui, pada acara dimulai Pukul 20.00 Wib yang juga dihadiri Wakil Bupati Lebak (Wabup), Ade Sumardi, Kepala Kesbangpol Lebak, Sukanta dan para OPD yang lain serta jajaran Muspika setempat itu diisi kegiatan seperti Khataman Al-Qur’an  para santri Maulana Yusuf, Tawasul, Pembacaan Kalam Ilahi, Tabligh Akbar oleh KH Tabrizi dari Baros.

Dalam sambutan, Ketua Panitia kegiatan sekaligus perwakilan keluarga Almarhum Abuya Ibrahim, KH Jamil M Yunus menyampaikan ucapan terimakasih kepada para jamaah yang telah hadir dalam acara tersebut.

Menurut KH Jamil M Yunus, bahwa Haul Akbar ini dilaksanakan secara meriah yang perdana setelah 32 tahun wafatnya Almarhum Abuya Ibrahim.

“Terima kasih kepada seluruh panitia dan semua pihak yang turut serta dalam kegiatan ini, termasuk seluruh pondok pesantren yang turut serta merencanakan kegiatan ini, kami dari keluarga besar Almarhum Abuya Ibrahim mengucapkan terima kasih. Alhamdulillah atas kepedulian dari semuanya apa yang direncanakan bisa berjalan sebagaimana mestinya,” ujar KH Jamil.

Menurut KH Jamil, yang juga cucu dari almarhum Abuya Ibrahim ini, bahwa kakeknya itu adalah salah satu saksi sekaligus pelaku perlawanan terhadap agresi militer 1 dan 2 Belanda yang kala itu mendiang menjabat sebagai Wedana di Cilangkahan pada kisaran Tahun 1946-1949. Dan tantangan dari dalam adalah kelompok kiri dan kanan.

Ditambahkan Jamil, setelah usai revolusi fisik yang diakhiri oleh perhelatan Konferensi Meja Bundar, Desember 1949, almarhum pun mengundurkan diri dari jabatan Wedana karena ingin konsentrasi mengurus santri.

“Almarhum lahir pada 1891, di sela kesibukannya siar Islam dan mengurus Pondok Pesantren, oleh gurunya pada masa revolusi fisik itu, almarhum pernah diminta menjabat sebagai Wedana pertama di Cilangkahan pasca-Kemerdekaan RI. Dan pada saat beliau menjabat banyak tantangan yang dihadapi baik dari dalam dan dari luar. Dari luar yakni serangan agresi militer 1 dan 2 Belanda yang ingin menjajah kembali. Dan tantangan dari dalam adalah tekanan politik dari kelompok Komunis dan Darul Islam. Dan setelah agresi militer Belanda selesai, maka beliau pun mengundurkan diri sebagai Wedana karena ingin konsentrasi mengurus santri,” terangnya.

Sementara, Wabup Lebak, Ade Sumardi berharap agar sejarah masa hidupnya Almarhum Abuya Ibrahim dapat memotivasi para santri yang saat ini tengah menimba ilmu agama di Ponpes. Wabup berpesan, agar catatan sejarah perjalanan Almarhum Abuya Ibrahim dapat diabadikan lewat karya buku, sehingga bisa menjadi pelajaran penting untuk generasi muda.

“Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari kisah mendiang almarhum Abuya Ibrahim. Selain tokoh pejuang, almarhum juga adalah salah satu penyebar Islam di Kabupaten Lebak. Saya pun selalu dapat cerita dari para Sepuh di Citorek bahwa Abuya Ibrahim adalah sosok kharismatik yang juga pernah mengajarkan agama di sana. Namun karena kurang literasi, sehingga jarang orang yang tau,” ungkap Ade Sumardi.

Ade berharap, keluarga atau para murid almarhum harus menginisiasi pembuatan buku biografi tentang cerita perjalanan dan perjuangannya.

“Saya mohon, sejarah Almarhum Abuya Ibrahim agar dibuatkan buku. Karena ternyata almarhum selain ulama, pejuang juga pejabat di masanya. Jadi ini motivasi, bagi para santri, untuk meraih cita-cita bisa jadi Bupati jadi gubernur, bahkan Presiden,” tutur Ade.

Pada bagian akhir, Ade berpesan agar jiwa patriotisme di kalangan generasi muda tetap diajarkan. Yang terpenting, kata dia, tetap jaga kesatuan dan persatuan bangsa.

“Mari kita tularkan patriotisme kebangsaan ke setiap generasi demi keutuhan bangsa.  Untuk para kiai, mohon do’a nya untuk negara ini agar selalu damai dan tentram,” papar Ade.

Selanjutnya, secara simbolis Ade menyerahkan sumbangan bendera Merah Putih dalam upaya gerakan nasional 10 juta bendera kepada para kiai.(WDO/PBN)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *