KLHK Rehabilitasi Ekosistem Mangrove Kalimantan Utara

KALTARA, BANPOS-Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama Ikatan Alumni Pelatihan Kepemimpinan Nasional (IKA PIMNAS), melakukan upaya rehabilitasi ekosistem mangrove secara konsisten, di Kalimantan Utara (Kaltara).

 

Hal ini ditandai dengan penanaman 3 ribu mangrove di Desa Bebatu, Kecamatan Sesayap Hilir, Kabupaten Tana Tidung (KTT), Kaltara, Sabtu (13/8).

 

Ikut serta dalam kegiatan tersebut, Sekretaris Jenderal KLHK sekaligus Ketua Umum IKA PIMNAS Bambang Hendroyono, Gubernur Kaltara Zainal A Paliwang, rombongan IKAPIMNAS dan masyarakat.

 

Bambang mengatakan, upaya pemulihan lingkungan melalui rehabilitasi mangrove ini menjadi agenda utama Presiden Jokowi. Penanaman mangrove juga upaya untuk mengurangi emisi.

 

“Kegiatan kami ini menjadi bukti, bahwa kami bukan hanya janji mengurangi emisi. Juga mengerjakan dan melaksanakannya,” ujar Bambang dalam keterangan resminya, kemarin.

 

Dia menjelaskan, Indonesia merupakan negara kepulauan dengan garis pantai, yang panjangnya sekitar 95.181 kilometer (km). Dengan areal mangrove seluas +3,36 juta hektare. Terluas di Asia, bahkan dunia.

 

Berdasarkan Peta Mangrove Nasional (PMN) tahun 2021, sebaran ekosistem mangrove itu terdiri dari 2.661.281 hektare (ha) di dalam kawasan, dan 702.799 ha di luar kawasan.

 

Namun, kata Bambang, sebagian ekosistem mangrove tersebut mengalami kerusakan. Itu sebabnya, Pemerintah Indonesia terus melakukan upaya reha­bilitasi.

 

Menurutnya, Presiden Jokowi telah memberikan mandat merehabilitasi mangrove seluas 600 ribu ha dalam kurun waktu 2021-2024.

 

Demi mewujudkan mandat tersebut, Pemerintah fokus merehabilitasi mangrove di 9 provinsi prioritas. Salah satunya, di Kaltara.

 

“Target kami dalam tiga tahun ke depan merehabilitasi 600 ribu hektare dari total luas hutan mangrove Indonesia. Ini hutan mangrove terbesar di dunia, seluas 3,6 juta hektare,” tuturnya.

 

Bambang menegaskan, rehabilitasi mangrove bukan sekadar menanam, juga memperhatikan bentang alam/lanskap mangrove.

 

Bentang alam/lanskap mangrove merupakan sistem ekologi-sosial yang terdiri dari mosaik ekosistem alami dan buatan manusia. Dengan karakteristik konfigurasi topografi, vegetasi, penggunaan lahan dan pemukiman. Sebagai hasil proses ekologi, sejarah, ekonomi, sosial dan aktivitas manusia di area tersebut.

 

Zainal A Paliwang sangat mengapresiasi gerakan menanam mangrove ini. Dia meyakini, gerakan tersebut bakal memberikan banyak dampak dan manfaat positif bagi masyarakat.

 

Terlebih, beberapa waktu lalu, Kaltara ditunjuk langsung oleh Presiden Jokowi sebagai salah satu kawasan hutan mangrove terluas di Indonesia.

 

“Saya sangat mengapresiasi dan mengucapkan terima kasih. Agenda penanaman mangrove ini, semakin menguatkan komitmen Kaltara terhadap peningkatan kualitas perlindungan, dan pengelolaan lingkungan hidup,” katanya.

 

Hutan mangrove mempunyai keistimewaan dalam berbagai hal. Baik aspek fisik, ekologi dan ekonomi.

 

Menurut beberapa penelitian, hutan mangrove mampu menyerap emisi karbon 4-5 kali lebih besar, ketimbang hutan daratan.

 

Untuk itu, meski hanya memi­liki luas hutan mangrove +2,0 persen dari total hutan, Indonesia mampu menyimpan karbon hingga 10 persen, dari semua emisi yang ada.

 

Selain itu, kata Zainal, mangrove juga salah satu ekosistem esensial di dunia yang mendukung sektor perikanan, mengurangi erosi pantai, banjir, menjaga kualitas air pesisir, konservasi keanekaragaman hayati, dan penyimpanan karbon.

 

“Mangrove juga menyediakan bahan-bahan alami penting, dan menjadi sumber mata pencaharian bagi jutaan orang,” ucapnya.  (RMID)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *