JATIM, BANPOS-Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Yudian Wahyudi mengajak, mahasiswa baru mensyukuri kemerdekaan. Caranya, belajar dengan Istiqomah, lalu menjaga persaudaraan dan cinta tanah air.
Hal tersebut disampaikan Yudian saat memberikan kuliah umum kepada ribuan mahasiswa baru di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri, Jawa Timur, Senin (22/8). Acara ini adalah rangkaian Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK).
Mengawali pidatonya, Yudian menyampaikan rasa syukur dan terimakasih karena telah diundang di acara penting ini, saat para mahasiswa baru pertama kali menginjakkan kaki ke kampus. Ia berharap para mahasiswa yang hadir kelak menjadi calon-calon pemimpin bangsa. “Karena itu karakter dan nilai-nilai kemahasiswaan harus dibangun sejak dini melalui pembinaan ideologi Pancasila,” kata Yudian.
Guru Besar UIN Sunan Kalijaga itu mengatakan, momentum HUT Kemerdekaan Republik Indonesia di bulan Agustus menjadi penting untuk diingat dan diteladani kembali. Kata dia, dalam sejarah dunia, proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan proklamasi terbaik dan terhebat. Mengapa? Karena proklamasi terjadi saat Perang Dunia II, perang terbesar dalam sejarah umat manusia. Perang yang ditunjang dengan teknologi militer yang canggih. Di sisi lain bangsa Indonesia sudah terjajah selama 434 Tahun terhitung sejak Malaka jatuh pada tahun 1511 Masehi dan Ternate jatuh di tahun 1512 Masehi.
Yudian menyampaikan, refleksi kebangsaan itu bermuara pada pertanyaan substansial kepada mahasiswa baru. Mengapa kita terjajah? Dari pertanyaan itu salah satu kesimpulan penting yang didapatkan dari penelitiannya adalah bangsa Indonesia tidak memiliki teknologi militer yang canggih, juga kurikulum pendidikan yang belum memadai dalam menggembleng sumber daya manusia ke arah yang lebih maju.
Berbeda dengan sekarang, bangsa Indonesia sudah merdeka karena jasa para pahlawan kita. Karena itu, kata dia, kemerdekaan ini patut disyukuri dengan cara melanjutkan perjuangan mereka. “Dalam lingkup kampus sebagai mahasiswa cara bersyukur kita adalah dengan menuntut ilmu secara istiqomah atau konsisten dan bersungguh-sungguh”, kaya Yudian yang juga pernah menjabat sebagai Presiden Asosiasi Universitas Islam Se-Asia Tahun 2018-2021.
Dengan menceritakan pengalamannya dulu saat berkuliah, Yudian menjelaskan bahwa perjuangan adalah keniscayaan. Perjuangan mendapatkan ilmu itu dilaluinya tidak dengan mudah, Yudian pernah menjadi kernet bus dan penjual kerupuk untuk memenuhi uang kuliah dan kebutuhan hidup.
“Perjuangan tersebut tidak mudah, karena kita perlu membagi waktu dan membagi peran untuk masa depan kita. Hal tersebut juga mengajarkan kita nilai yang luar biasa untuk memaknai hidup, dan disitulah karakter kita akan terbentuk sebagai manusia yang selalu mensyukuri nikmat kemerdekaan ini,” ungkapnya.
Cerita perjuangannya itu dibingkainya dengan sejarah terjadinya sumpah pemuda dan proklamasi yang mampu menggegerkan dunia. Kata dia, Sumpah Pemuda pada tahun 1928 menjadi puncak kesadaran nasionalisme anak muda yang semula bersifat kedaerahan (primordial) menjadi kebangsaan, yang kemudian berbuah pada kemerdekaan.
Sementara Proklamasi Kemerdekaan bangsa Indonesia diinisiasi oleh golongan pemuda yang pernah disekolahkan penjajah sebagai calon pegawai kolonial tetapi memberontak dan memilih memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia. “Pencapaian masa pergerakan ini lah yang perlu kembali diteladani oleh generasi muda Indonesia terutama para mahasiswa baru IAIN Kediri,” ucapnya.
Hasilnya, dari proklamasi inilah rakyat memiliki kedudukan yang setara di depan konstitusi. Kesetaraan hukum menjadi privilege kita yang dijamin secara konstitusional, sehingga kita pun berhak untuk menjadi calon pemimpin bangsa.
“Karena itu saya berharap kepada adek-adek semua agar ditingkatkan ilmunya secara konsisten agar mampu memajukan peradaban bangsa Indonesia yang lebih maju,” tutupnya. (RMID)
Tinggalkan Balasan