Warga Cimancak Terisolir

BAKSEL, BANPOS – Sungai Cimadur yang berada di wilayah Kabupaten Lebak bagian Selatan (Baksel) Selasa sore (12/10) sekitar Pukul 15.00 WIB kembali meluap. Luapan tersebut merobohkan jembatan Kali Cimadur yang menghubungkan Desa Bayah Timur dan Cimancak Kecamatan Bayah, warga Cimancak pun dilaporkan terisolir.

Luapan dahsyat dari sungai tersebut menurut pemerhati lingkungan diduga karena telah terjadi banyak kerusakan hutan sekitar hulu sungai, yakni di area hutan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) di kawasan Cibeber.

Warga setempat, Eka Surya kepada wartawan mengatakan, jembatan roboh akibat luapan air sungai Cimadur. Terangnya, air bah dengan cepat meluap dan mendorong lumpur dari perbukitan di Desa Cimancak.

“Iya benar. Tadi air bah sungai Cimadur deras dan merobohkan jembatan. Kami warga Cimancak berharap pemerintah segera melakukan penanganan dan memberi bantuan bagi warga yang saat ini memilih bertahan di rumah. Untuk korban luka dan jiwa belum ada informasi,” ungkap Eka Surya, Selasa petang (11/10).

Sementara, terkait derasnya luapan kali Cimadur ini, menurut aktivis lingkungan di Bayah, Didin Mz kepada BANPOS menyebut, ini diduga akibat pasokan air yang tumpah luber dari hulu di hutan pegunungan TNGHS yang berada di Cirotan dan Cimari yang mengalirkan ke kali Cibareno. Selain itu juga sungai Cimadur juga akibat keadaan di hulu itu akibat banyaknya pertambangan emas tanpa ijin (PETI).

“Diduga akibat di bagian hulu sungai di atas atau yang mengalir bermuara ke kali Cimadur di sana pada meluap. Penyebabnya karena banyak hutan gundul, ini juga diduga akibat banyaknya lokasi tambang ilegal yang bermuara ke kali terbesar di wilayah Lebak selatan ini,” ungkap Didin Mz. 

Menurut Didin, hal ini sangat beralasan karena banyaknya lahan bukaan PETI.”Saya paham ini, bahwa banjir yang melanda saat ini diduga keras penyebabnya adalah karena ada bukaan dari kegiatan tambang ilegal. Termasuk yang legal seperti cut and fill-nya yang tidak sesuai aturan SOP dan juga K-3,” jelasnya.

Dikatakannya, untuk meminimalisasi hal tersebut, pihaknya menyarakan para Kepala Desa yang wilayahnya ada lokasi tambang dan cut and fill (pembukaan lahan) supaya menghentikan kegiatan tersebut.

“Baiknya para kepala desa menghentikan segala bentuk aktivitas yang dimungkinkan merusak alam lingkungan, seperti tambang ilegal maupun pembukaan lahan hutan. Ya seperti yang di lakukan oleh kepala Desa Kujangsari Kecamatan Cibeber melalui para kasepuhan,” harapnya.

Didin menjelaskan, kegiatan PETI dan pembukaan lahan itu jelas erat kaitannya dengan derasnya aliran sungai.

“Saya tau, kegiatan PETI yang di lokasi TNGHS blok Cikidang itu dampak air mengalirnya itu bermuara ke sungai Cibareno. Sedangkan PETI yang di blok Cirotan, Cimari masuk ke Cipamancalan itu bermuara di kali Cimadur. Juga PETI di blok Pasir Gombong, kali Cikaret dan blok Tihang satu, Tihang dua semua bermuara dan tumpah ke Cimadur, jadi jelas dampak terbesarnya dari kegiatan PETI yang tak memikirkan dampak lingkungan,” paparnya.

Terpisah, informasi petang kemarin juga telah terjadi luapan kali Cilaki di daerah Kecamatan Sajira yang menyebabkan jembatan di Sajira terputus oleh luapan derasnya kali, Hingga malam BANPOS belum mendapatkan informasi yang terdampak di sana.(WDO/ENK)

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *