TINGKAT inflasi di Provinsi Banten hingga triwulan ketiga tahun 2022 berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten mengalami peningkatan pada bulan September 2022. Dilihat dari data inflasi bulanan, tingkat inflasi di Provinsi Banten sebesar 1,12 persen. Sementara untuk data inflasi kalender, diketahui sebesar 4,85 persen. Adapun inflasi year on year sebesar 5,86 persen.
Statistisi Ahli Madya BPS Provinsi Banten, Awang Pramila, mengatakan bahwa tingkat inflasi yang dipaparkan dalam data BPS merupakan akumulasi perhitungan inflasi pada kota-kota inflasi. Terdapat tiga kota inflasi, yakni Kota Tangerang, Kota Cilegon dan Kota Serang.
“Nah itu sebagai perwakilan untuk Banten. Nah inflasi harga konsumen (IHK) terbesar itu ternyata transportasi. Transportasi itu 10,44 dan memberikan andil 1,16 lebih dari total. Kalau dia memberikan andil lebih total, maka ada yang turun. Apa yang turun? Ternyata adalah makan dan minuman,” ujarnya, Kamis (13/10).
Berdasarkan kebijakan Bank Indonesia (BI), tingkat inflasi yang baik seharusnya berada pada kisaran dua hingga empat persen. Jika di bawah dua, mengindikasikan permintaan masyarakat yang lesu. Sementara lebih dari empat, menandakan inflasi kurang terkendali.
Terkait dengan resesi ekonomi, menurutnya jika dilihat dari definisi yakni terjadinya kontraksi pertumbuhan ekonomi secara dua triwulan berturut-turut, maka sebenarnya Provinsi Banten telah mengalami resesi pada triwulan kedua 2020 hingga triwulan pertama tahun 2021. Sebab pada empat triwulan itu, pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten tumbuh negatif.
“Namun pada triwulan kedua tahun 2021, mengalami pertumbuhan menjadi 8,92. Artinya ini sudah kembali membaik. Sedangkan untuk triwulan kedua pada tahun 2022 ini, kondisi pertumbuhan Provinsi Banten berada pada 5,70 persen,” ungkapnya.
Ia mengatakan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten pada triwulan ketiga masih belum dipublikasikan. Namun berdasarkan informasi, ada beberapa daerah yang mengalami pertumbuhan negatif.
“Kalau melihat seperti ini, kalau nanti di triwulan ketiga tumbuh satu persen saja, insyaAllah nanti year on yearnya bisa di angka 6. Artinya, pertumbuhan ekonominya relatif cepat. Jadi lebih optimistis lah ekonomi kita, ada pertumbuhannya,” tutur dia.
Salah satu usaha yang besar kemungkinan terdampak atas terjadinya resesi ialah usaha ekspor. Berdasarkan data BPS, perkembangan ekspor di Provinsi Banten pada bulan Agustus tumbuh negatif sebesar 8,36 persen dibandingkan tahun lalu.
Usaha ekspor sektor migas pada Agustus tahun 2021 memiliki nilai sebesar 1,34 miliar dolar. Sementara sektor non-migas sebesar 1,22 miliar dolar. Adapun pada Agustus 2022, nilai ekspor migas Provinsi Banten sebesar 43,90 juta dolar, sementara non-migas sebesar 1,07 miliar dolar.(MUF/DZH/ENK)
Tinggalkan Balasan