SERANG, BANPOS – Puluhan warga Lingkungan Kaujon RW 01 Kelurahan Serang, Kecamatan Serang, menutup secara permanen proyek pekerjaan penggalian sumur artesis di Rumah Sakit (RS) Ibunda Kota Serang, Jumat (21/10). Proses penutupan disaksikan secara langsung oleh manajemen RS Ibunda, pihak Kepolisian, dan warga RT 01 hingga RT 05 Lingkungan Kaujon.
Meski sebelumnya telah dilakukan mediasi beberapa kali, namun warga sepakat untuk menutup lubang penggalian sumur artesis yang dianggap meresahkan tersebut. Dengan menggunakan bahan bangunan yang tersisa, warga bergotong royong menutup lubang dengan memasukkan pasir, batu koral, semen, hingga endapan lumpur penggalian sumur artesis.
Koordinator Lapangan (Korlap), Ade mengungkapkan bahwa sebelumnya warga melakukan mediasi beberapa kali dengan pihak RS Ibunda Kota Serang. Namun masyarakat bersikukuh agar dilakukan penutupan secara permanen pembangunan sumur artesis yang membuat warga sekitar khawatir.
“Sampai akhirnya pihak RS (Ibunda) luluh dan mau menutup sumur artesis secara permanen. Jadi warga merasa khawatir kalau sumur mereka kering, tersedot semua ke sini (sumur artesis),” ujarnya.
Selain khawatir akan dampak kekeringan akibat pembangunan sumur artesis tersebut, warga juga mengaku geram karena merasa tidak pernah ada komunikasi dari pihak RS Ibunda dengan warga. Hal membuat warga semakin geram adalah tidak adanya izin apa pun ketika pihak RS Ibunda Kota Serang hendak melakukan pengeboran atau penggalian sumur artesis.
“Itu yang membuat warga kesal, tidak ada komunikasi dari pihak RS dengan warga. Boro-boro izin, selama ini warga merasa tidak dianggap oleh (RS) Ibunda,” tandasnya.
Hal serupa disampaikan oleh Ketua RT 05/01, Muhammad Ridwan. Ia mengaku, selama ini pihak RS Ibunda tidak pernah melibatkan dan mengajak komunikasi baik terkait pengeboran sumur artesis maupun hal-hal lainnya.
“Dari awal kami tidak pernah dilibatkan dan diajak koordinasi. Khususnya soal pengeboran ini (sumur artesis),” ucapnya.
Bahkan, kegiatan apapun yang dilakukan oleh RS Ibunda, tak pernah melibatkan warga setempat. Padahal, kata dia, RS Ibunda lokasinya sangat berdekatan dengan warga, bahkan menempel dengan warga.
“RS Ibunda tidak pernah melibatkan warga dalam kegiatan apapun, padahal kami berdekatan sekali. Bahkan dalam pengeboran ini saja, kami sidak berdasarkan keluhan warga, dan akhirnya ketahuan sedang menggali sumur artesis,” katanya.
Di tempat yang sama, Direktur RS Ibunda Kota Serang, Ammar Siradjuddin mengungkapkan, berdasarkan keinginan dan kesepakatan warga serta pihak RS Ibunda, akhirnya menutup rencana penggalian sumur artesis. Ia mengaku, untuk kemaslahatan bersama, maka oleh warga dilakukan penutupan lubang sumur yang direncanakan untuk artesis.
“Sesuai dengan kesepakatan, kami menutup lubang sumur yang rencananya untuk artesis. Hal ini sesuai kesepakatan dan ada berita acaranya,” ujar Ammar.
Ia mengatakan bahwa pihaknya memahami kekhawatiran warga mengenai dampak dari penggalian sumur artesis tersebut. Ammar menyebut bahwa pengeboran sumur artesis tersebut dilakukan hanya sebagai cadangan air, guna suplai hydrant pemadam kebakaran.
“Tentunya kami memahami itu, mudah-mudahan ini mempunyai efek yang bermanfaat bagi masyarakat. Sebetulnya ini baru rencana, tapi karena ada penolakan, kami sudah melakukan mediasi dengan warga,” ucapnya.
Pada kesempatan tersebut, ia menyampaikan dengan ditutupnya lubang sumur artesis tersebut, pihak RS Ibunda akan membuat sumur dangkal sebagai alternatif pemenuhan suplai air hydrant. Sebab, berdasarkan peraturan yang berlaku, RS tipe D seperti halnya RS Ibunda, harus memiliki supplai air Hydrant guna mengantisipasi adanya kebakaran.
“Meskipun tidak jadi membuat sumur artesis, kami bisa memakai penggalian sumur dangkal, kemudian mengandalkan depo atau mobil yang memasok air. Karena sebetulnya (artesis) ini hanya untuk cadangan air,” tandasnya. (MUF/AZM)
Tinggalkan Balasan