SERANG, BANPOS – Ibukota Provinsi Banten menjadi sorotan dalam hal penyimpangan seksual yang bermuara pada ditemukannya puluhan warga terindikasi sebagai orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Kasus HIV/AIDS sendiri ditemukan berdasarkan pemeriksaan yang mayoritas ditemukan pada komunitas penyimpangan sosial salah satunya laki-laki suka laki-laki (LKL) atau juga disebut ‘gay’, wanita penjaja seks komersial (WPSK) dan waria di Kota Serang.
Berdasarkan data yang didapat, dari 6 Kecamatan di Kota Serang terdapat 957 warga Kota Serang terindikasi sebagai pelaku penyimpangan seksual LKL, 465 WPSK dan 62 waria. Dari jumlah tersebut, tercatat 58 orang dengan HIV/AIDS yang saat ini tengah menjalani perawatan.
Hal itu diungkap oleh Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Serang, Ahmad Hasanuddin, usai menggelar rapat koordinasi keanggotaan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Serang, Selasa (25/10) di Hotel Puri Kayana Kota Serang. Pada kesempatan tersebut, diungkapkan bahwa pelaku penyimpangan seksual di Kota Serang rata-rata berusia 15 hingga 25 tahun.
“Jadi estimasi ODHA dan populasi kunci yang ada di Kota Serang ini tersebar di 6 Kecamatan se-Kota Serang. Dengan adanya LSL ini potensi AIDS semakin besar dan kami mengajak teman-teman untuk melakukan sosialisasi menyampaikan pengetahuan dalam upaya pencegahan,” ujarnya.
Ia merinci, dari 6 Kecamatan se Kota Serang, terbanyak LSL adalah di Kecamatan Serang dengan jumlah 486 orang, jumlah WPSK sebanyak 282 dan waria sebanyak 20 orang. Menurutnya, Kecamatan Serang merupakan wilayah dengan penduduk yang cukup padat di Kota Serang yang menjadi faktor tingginya angka penyimpangan seksual.
“LKL terbanyak di Kecamatan Serang, pertama memang jumlah penduduk di Kota Serang paling banyak di Kecamatan Serang. Sehingga mungkin pergaulan dan banyak perilaku, didikan dan juga pengaruh dari lingkungan bisa jadi faktor,” tuturnya.
Sementara itu, di Kecamatan Cipocok terdapat 3 Puskesmas yang mendata LSL sebanyak 148 orang dan WPSK 74 orang dan waria. Kecamatan Kasemen terdiri dari 3 Puskesmas, terdapat LKL sebanyak 207 dan waria 12 orang. Kecamatan Walantaka terdata sebanyak 75 LSL, 55 WPSK dan 30 waria. Kecamatan Taktakan terdata sebanyak 23 LSL, 18 WPSK, terakhir Kecamatan Curug, LSL 18 orang, dan WPSK 28 orang.
Hasan menjelaskan, dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, tahun ini menjadi yang paling banyak kasus LSL dan WPSK. Hal itu dikarenakan saat ini penanganan dan penyusuran kasus tersebut sedang gencar dilakukan, ditambah dengan maraknya komunitas gay.
“Memang dibandingkan tahun sebelumnya, tahun ini lebih banyak, mudah-mudahan kita bisa menekan. Oleh sebab itu, kami mengundang instansi lainnya dalam kegiatan ini dengan mengundang pihak Kodim, Rutan, Kemenag Kota Serang, agar bersama-sama melakukan penanganan,” tuturnya.
Ia menyebut, penanggulangan ODHA dan penyimpangan seksual ini seharusnya tidak hanya dilakukan oleh Dinkes saja. Menurutnya, semua instansi harus terjun bersama-sama dalam rangka melakukan pencegahan dan menanggulangi agar dapat menekan jumlah ODHA dan penyimpangan seksual yang berpotensi terjangkit HIV/AIDS.
“Seharusnya bukan hanya Dinkes saja, tapi dari berbagai sektor turut serta dalam menangani hal ini,” ucapnya.
Diakhir ia mengatakan, apabila kondisi LSL, WPSK dan waria masih terus bertambah, maka potensi jumlah ODHA bisa meningkat. Sehingga melalui kegiatan itu, pihaknya dapat bersama-sama melakukan Gerakan dalam rangka meminimalisir melalui sosialisasi secara masif dari berbagai sektor.
“Untuk menekan itu kami melakukan sosialisasi dan edukasi. Karena perilaku seksual ini yang bermasalah, dan LSL ini kebanyakan remaja berusia 15 tahun hingga 49 tahun,” tandasnya.
Pengelola Program Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Serang, Ahmad Budiman mengatakan, di tahun 2022 sepanjang bulan Januari hingga Oktober 2022, tercatat 58 kasus ODHA di Kota Serang. Pihaknya kemudian mendorong setiap OPD-OPD dan Lembaga yang ada di Kota Serang dalam rangka penanggulangan HIV AIDS yang saat ini trennya terus meningkat.
“Trennya memang terus meningkat dan hal ini salah satu faktornya adalah gaya hidup, kemudian penderitanya lebih banyak laki-laki. Kalau tahun 1998-2000 itu kan kasus ditemukan pada pengguna narkoba dan untuk tahun 2005 ditemukan pada ibu-ibu,” ujarnya.
Ia menyebut bahwa akhir-akhir ini, tren meningkatnya kasus ODHA ditemukan pada komunitas gay. Mirisnya, diantara ratusan LSL itu didominasi oleh remaja dengan rentang remaja dan ibu rumah tangga.
“Jadi sekarang ini meningkatnya kasus dari komunitas gay, hampir tiap hari ditemukan gay. Paling banyak kasus terdapat di Ciruas, Pamarayan, Cikeusal, dan Ciomas, untuk di Kabupaten Serang, kalau Kota Serang kebanyakan pendatang,” tandasnya.(MUF/PBN)
Tinggalkan Balasan