ISRAEL, BANPOS – Hasil sementara exit poll mengokohkan mantan Benjamin Netanyahu, sebagai pemenang Pemilu Israel, Selasa (2/11).
Kubu Netanyahu diperkirakan menduduki 61atau 62 kursi di parlemen, dari total 120 kursi.
Fakta ini menandai comeback dramatis bagi Netanyahu, yang digulingkan tahun lalu, setelah 12 tahun berturut-turut berkuasa.
Hasil resmi Pemilu Israel, akan diumumkan dalam beberapa jam mendatang.
“Kami nyaris meraih kemenangan besar,” kata Netanyahu kepada para pendukungnya di Yerusalem, seperti dikutip BBC International, Rabu (2/11).
Netanyahu yang lahir pada 21 Oktober 1949, adalah salah satu tokoh politik paling kontroversial Israel.
Dia dibenci oleh banyak orang di tengah dan kiri, tetapi dipuja oleh pendukung akar rumput Likud.
Netanyahu adalah pendukung kuat proyek pembangunan pemukiman Israel di Tepi Barat, yang diduduki sejak perang Timur Tengah 1967.
Menurut hukum internasional, pemukiman setempat dianggap ilegal. Meskipun hal itu dibantah Israel.
Netanyahu juga menentang pembentukan negara Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza, sebagai solusi untuk konflik Israel-Palestina.
Ini adalah formula yang didukung sebagian besar komunitas internasional, termasuk pemerintahan Joe Biden di AS.
Netanyahu saat ini diadili atas tuduhan suap, penipuan, dan pelanggaran kepercayaan. Suatu tuduhan yang dibantahnya dengan keras.
Calon mitra Netanyahu dalam pemerintahan koalisi yang dipimpin Likud mengatakan, mereka akan mereformasi undang-undang, dalam sebuah langkah yang akan menghentikan persidangannya.
“Sepertinya, kita bisa optimis dan memiliki harapan bahwa kita akan mendapatkan koalisi yang stabil dengan Bibi (Netanyahu, Red) sebagai perdana menteri,” kata pendukung Likud berusia 34 tahun, David Adler, dari Yerusalem.
“Tapi, seperti yang terjadi dalam tiga tahun terakhir, tidak ada yang pasti sampai koalisi terbentuk,” imbuhnya, mengingatkan.
Hasil jajak pendapat juga menunjukkan, Likud yang menjadi partai terbesar dengan 30-31 kursi, memimpin mayoritas dengan dukungan partai nasionalis dan agama.
Partai kiri-tengah yang mengusung petahana Yair Lapid – yang menjungkalkan Netanyahu dalam pemilihan tahun lalu – diperkirakan dapat memenangkan 22-24 kursi.
Sedangkan sekutu ultra-nasionalis Likud, Zionisme Agama, tampaknya telah memenangkan 14 kursi, yang akan menjadikannya partai terbesar ketiga.
Para pemimpin ultra nasional ini terkenal karena menggunakan retorika anti-Arab, dan menganjurkan deportasi terhadap politisi atau warga sipil yang “tidak setia”.
“Jika Politisi Religius Zionisme Itamar Ben-Gvir menjadi Menteri keamanan, situasinya pasti akan menjadi lebih baik. Itu sangat penting,” ucap seorang pendukung bernama Julian.
Ahli Politik Universitas Ibrani Yerusalem Gayil Talshir mengingatkan, jika exit poll ini mencerminkan hasil nyata, maka kepemimpinan Israel akan mengarah pada PM Hongaria Viktor Orban, yang belum lama ini dilabeli otokrasi elektoral oleh Uni Eropa.
Ini bisa saja menghalangi prospek pemilihan keenam dalam empat tahun terakhir, setelah analis memperkirakan kebuntuan.
Ini akan menandai perubahan haluan yang luar biasa bagi Netanyahu, yang masa depan politiknya telah dihapuskan secara luas, setelah Lapid membentuk aliansi dari partai-partai yang beragam secara ideologis, untuk mengambil alih kekuasaan pada Juni 2021.
Saat itu, Netanyahu bersumpah untuk menjatuhkan Lapid secepatnya. Kini terbukti, Netanyahu mampu merekayasa kekuatannya, hanya dalam tempo 12 bulan. (RM.ID)
Tinggalkan Balasan