SERANG, BANPOS-Indeks Angka Partisipasi Sekolah (APS) usia 16-18 tahun di Provinsi Banten untuk tingkat SMA/SMK/SKh tergolong masih rendah. Data terakhir , APS hanya mencapai 68 persen, jauh dibawah angka nasional yang mencapai 80 persen.
Salah satu yang menyebabkan rendahnya APS tersebut diduga karena masih minimnya pelayanan SMA/SMK/SKh negeri, yang ditambah dengan enggannya masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di swasta. Sedangkan, saat ini solusi yang ditawarkan oleh Pemprov Banten adalah dengan menggunakan Pendidikan Metaverse sebagai upaya menggerek APS tersebut.
Ketua Komisi V DPRD Banten Yeremia Mendrofa saat dihubungi, Minggu (6/11) mengatakan rendahnya APS, menjadi pekerjaan rumah (PR) yang harus dicarikan jalan keluarnya. Bagaimana sekolah swasta itu bisa dioptimalkan, dengan tidak mengesampingkan kesejahteraan gurunya dan daya minat masyarakat tidak redup.
“Bisa dengan anggaran Bosda kepada sekolah swasta yang ditingkatkan, sehingga beban operasional mereka bisa berkurang,” katanya.
Yeremia melanjutkan, pada PPDB 2022 lalu ada sekitar 220.000 siswa lulusan SMP di Banten. Dari jumlah itu, hanya 30 persen yang ditampung di sekolah negeri. Artinya, masih banyak kuota yang mestinya bisa diambil oleh sekolah swasta, sehingga bisa meningkatkan APS kita.
“Tapi berkaca pada data APS itu, sepertinya masyarakat kita kurang berminat ke sekolah swasta. Inilah problem kita,” jelasnya.
Atas hal itu, komisi V DPRD Banten mempunyai beberapa solusi yang akan disampaikan kepada pemprov selain hal di atas. Seperti memberlakukan sekolah model Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dan metaverse.
“Kedua hal ini juga bisa menjadi solusi atas permasalahan itu, jika memang untuk membuka RKB atau USB terhitung lebih mahal biayanya,” imbuhnya.
Pj Gubernur Banten Al Muktabar kepada wartawan pekan lalu mengungkapkan, pihaknya dalam meningkatkan APS tidak bisa bekerja sendiri. Dibutuhkan kolaborasi semua pihak untuk bersama-sama melakukan upaya meningkatkan APS itu.
“Salah satu basis yang relevan untuk kita menyelesaikan persoalan itu adalah pemuda. Makanya, saya harapkan generasi muda bisa ikut mengambil peran,” katanya.
Generasi muda, lanjut Al Muktabar bukan hanya ditentukan oleh faktor usia saja. Berbagai gagasan yang baik dan progresif itu bisa datang dari siapa saja, termasuk dari kalangan usia di atas 50 tahun.
“Apalagi gagasan dari kalangan usia 50 tahun itu biasanya lebih matang, karena didasari oleh pengalaman-pengalaman yang melatarbelakanginya,” jelasnya.
Pemprov Banten sendiri, tambahnya, sedang menggagas sebuah model pendidikan yang memanfaatkan kemajuan teknologi yang bernama metaverse. Dengan metode pendidikan ini, sistem pembelajaran menjadi tidak terbatas oleh ruang dan waktu.
“Dengan begitu, siapa saja bisa mengikutinya, dan pada akhirnya APS kita bisa meningkat,” katanya.
APS sendiri merupakan perbandingan antara jumlah murid kelompok usia sekolah tertentu yang bersekolah pada berbagai jenjang pendidikan dengan penduduk kelompok usia sekolah yang sesuai dan dinyatakan dalam persentase.
Semakin tinggi APS suatu daerah, berarti makin banyak usia sekolah yang bersekolah.(RUS/PBN)
Tinggalkan Balasan