Lestari: Generasi Muda Harus Aktif Atasi Dampak Perubahan Iklim

MESIR, BANPOS – Generasi muda harus didorong berperan aktif dalam berbagai upaya mengatasi dampak perubahan iklim lewat pendekatan budaya.

“Catatan sejarah kita memperlihatkan bahwa manusia mampu mempengaruhi dunia melalui kebudayaan yang dikembangkan dengan berbagai cara, termasuk mengubah pola pikir dan perilaku,” kata Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat dalam keterangan tertulisnya, Selasa (8/11).

Pernyataan Lestari itu dikutip saat meresmikan Pavilion Indonesia di arena KTT COP27 UNFCCC di Sharm El Sheikh, Mesir, Minggu (6/11) sore WIB.

Hadir pada acara itu antara lain Siti Nurbaya Bakar (Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan), Sakti Wahyu Trenggono (Menteri Kelautan dan Perikanan), Agus Justianto (Ketua Penyelenggara Paviliun Indonesia), perwakilan lembaga swadaya masyarakat dan pihak swasta, serta perwakilan dari sejumlah negara peserta KTT COP 27.

Lestari yang merupakan Wakil Ketua MPR RI koordinator bidang penyerapan aspirasi masyarakat dan daerah itu, mengajak semua pihak untuk mendengarkan suara generasi muda dan melibatkan mereka secara aktif dalam berbagai upaya mengatasi dampak perubahan iklim.

Ketidakpercayaan aktivis lingkungan belia dari Swedia, Greta Thunberg terhadap COP27 dalam menyelamatkan lingkungan, ujar Rerie, sapaan akrab Lestari, harus menjadi pengingat bagi kita bahwa banyak yang harus dibenahi dalam upaya memperbaiki lingkungan.

Dengan upaya perbaikan lingkungan yang menyeluruh, tambah Rerie, diharapkan kita mampu mengubah penilaian generasi muda, untuk kemudian mengajak mereka mengambil peran dalam seluruh aksi yang dilakukan dalam menghadapi perubahan iklim ini.

Apalagi, dalam beberapa tahun mendatang, bukan hanya Indonesia tetapi di dunia, jumlah generasi muda sangat besar.

“Saat itu generasi muda bukan hanya punya kesempatan, tetapi juga menentukan arah ke mana sesungguhnya dunia ini akan dibawa,” ujarnya.

Menurut Rerie, yang juga anggota Komisi X DPR RI dari Dapil II Jawa Tengah itu, kebudayaan sebagai pondasi sekaligus cara yang senantiasa menempatkan manusia pada kedudukan tertinggi dapat dimanfaatkan untuk menyatukan langkah bersama.

Lewat kebudayaan di nusantara yang luhur, ujarnya, alam bahkan kerap diberi tempat yang layak dalam keseharian. Sampai saat ini bumi pun dianggap sebagai ibu pemberi kehidupan bagi setiap makhluk.

Sesungguhnya, tambah Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu, kita memiliki sebuah upaya yang dikenal sebagai local wisdom. Beratus tahun, bahkan berabad-abad yang lalu Indonesia selamat dari dampak perubahan iklim karena kearifan lokal.

“Sudah saatnya kita kembali mengangkat, memperkenalkan dan menjelaskan inti dari kearifan lokal tersebut kepada seluruh anak bangsa di Indonesia khususnya, agar kita dapat bersama- sama merawat bumi kita,” ujarnya.

Rerie sangat berharap setiap upaya yang ditujukan untuk mengatasi dampak perubahan iklim global harus berujung pada penyelesaian yang betul-betul fundamental, bukan mengedepankan symptomatic solution semata.(RM.ID)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *