KANADA, BANPOS – PT Angkasa Pura II dan International Civil Aviation Organization (ICAO) menggelar pertemuan di kantor pusat ICAO di Montreal, Kanada, Kamis (3/11), membahas tiga aspek penting yakni, pemulihan industri penerbangan (aviation industry recovery), operasional bandara yang unggul (airport operation excellence) dan program strategis dalam menjangkau masa depan (strategic airport program in the future).
Pertemuan dihadiri President Director AP II Muhammad Awaluddin, serta pihak ICAO yakni Director of Air Transport Bureau Mohamed Rahma, Deputy Director of Air Transport Bureau Jane Hupe dan Chief Economic Policy Section Air Transport Bureau Peter Alawani.
President Director AP II Muhammad Awaluddin mengatakan, pertemuan AP II dan ICAO sejalan dengan semangat Aviation Dialogue G20 di Bali yang dihadiri oleh Menteri Perhubungan RI dan Presiden ICAO.
“Kami ingin agar program AP II selalu relevan dengan industri aviasi global. Terlebih, Indonesia diproyeksikan menjadi pasar transportasi udara terbesar ke-4 di dunia pada 2036,” kata President Director AP II Muhammad Awaluddin dalam keterangan tertulis, Senin (7/11).
Muhammad Awaluddin mmenjelaskan, dirinya menyampaikan tiga program AP II untuk pulih dari tekanan pandemi Covid-19. Program pertama adalah fokus pada manajemen portofolio untuk mendapatkan dampak signifikan bagi kinerja perusahaan.
“AP II telah mencapai progres dalam mengkaji portofolio bisnis, aset dan infrastruktur untuk menentukan mana saja yang memiliki dampak besar terhadap perusahaan dan akan lebih optimal jika kami melakukan perubahan struktur termasuk berkolaborasi dengan mitra strategis,” ujar Muhammad Awaluddin.
Terkait program ini AP II menjalankan optimalisasi aset (asset optimization) pada brown field asset; akselerasi aset (asset acceleration) pada asset under construction; dan utilisasi aset (asset utilization) pada green field asset.
Program kedua AP II untuk pulih dari tekanan pandemi adalah mengeksplorasi beragam model bisnis (reinventing business model), seperti yang diterapkan di Bandara Kualanamu di mana AP II bermitra dengan mitra global untuk mengakselerasi pengembangan bandara.
AP II juga menyampaikan, program ketiga dalam upaya mendorong pemulihan yakni memperbaharui infrastuktur untuk mengembangkan smart airport (renewing infrastructure towards smart airport), antara lain dengan membangun budaya digital, pengembangan fasilitas automation dan pemanfaatan teknologi tebaru.
Kepada ICAO, AP II juga menyampaikan master plan Eco-Airport 2021-2025 untuk memanfaatkan PLTS berkapasitas total 26,34 MWp pada 2025.
“Pemanfaatan energi baru terbarukan untuk mendukung net-zero carbon emissions by 2050 di industri aviasi global juga menjadi perhatian dari Menteri Perhubungan RI yang mendorong pertumbuhan sektor penerbangan sipil global yang ramah lingkungan,” jelas Muhammad Awaluddin.
Muhammad Awaluddin juga menyampaikan, inisiatif AP II dalam mendorong optimalisasi penerbangan lewat Airport Collaborative Decision Making (A-CDM) melalui fasilitas Airport Operation Control Center (AOCC) di Bandara Soekarno-Hatta.
“A-CDM membuat setiap stakeholder dapat lebih jelas mengetahui ekspektasi dari stakeholder lainnya. Kolaborasi semakin erat di antara stakeholder sehingga proses keberangkatan dan kedatangan penumpang maupun pesawat makin optimal untuk peningkatan customer experience, efisiensi operasional, dan bermuara pada kinerja bisnis,” ungkapnya.
Deputy Director of Air Transport Bureau ICAO Jane Hupe menuturkan, bandara dapat memanfaatkan EBT melalui penerapan panel surya untuk PLTS, lalu teknologi turbin angin (wind turbine) dan geothermal.
Adapun dalam 10 tahun terakhir telah berjalan program Airport Carbon Accreditation Programme yang diikuti oleh 288 airport di seluruh dunia. Bandara Soekarno-Hatta sendiri telah mendapat akreditasi mapping pada program ini.
“288 bandara terlibat dalam program ini dan 61 bandara sekarang mencapai karbon netral. Kami berharap pada 2030 ada 100 bandara yang mencapai karbon netral,” ujar Jane Hupe.
Director of Air Transport Bureau ICAO Mohamed Rahma menuturkan bahwa pemulihan penerbangan global membutuhkan dukungan dari seluruh pihak.
“Kami mendukung inisiatif AP II dalam upaya pemulihan penerbangan, serta dalam penerapan green airport sejalan dengan long-term aviation goal (LTAG) yang diantaranya menetapkan net-zero emission carbon by 2050,” jelasnya.
Sementara itu, Chief Economic Policy Section Air Transport Bureau Peter Alawani menyampaikan bahwa pemulihan penerbangan di tengah tekanan pandemi ini dapat didorong dengan kerja sama seluruh pihak serta berbagai inovasi atau upaya yang tidak biasa.(RM.ID)
Tinggalkan Balasan