Telkom-Bio Farma Incar Peluang Ekspansi Bisnis

INDONESIA, BANPOS – Telkom dan Bio Farma sudah ancang-ancang memanfaatkan perhelatan G20. Kedua perusahaan pelat merah itu sudah menyiapkan agenda untuk memperluas jaringan bisnis di level global.

Direktur Digital PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, Fajrin Rasyid mengungkapkan, pandemi Covid-19 yang terjadi di dunia telah menciptakan kerja sama yang solid secara global untuk mempercepat penanganan pandemi.

“Pandemi telah memberikan dampak sangat besar, begitu juga bagi Telkom. Memang ada beberapa challenge, namun masih on the track karena memanfaatkan digital,” ujar Fajrin dalam acara Ngopi BUMN, bertema “Peran Strategis BUMN Di Perhelatan G20”, di Kementerian BUMN, Jakarta, kemarin.

Fajrin menuturkan, berdasarkan proyeksi Temasek, ekonomi digital Indonesia akan terus tumbuh. Bahkan, menjadi yang terbesar di Asia Tenggara dalam kurun waktu 10 tahun ke depan (2020-2030). Karenanya, Indonesia harus mengambil potensi yang ada, mengingat ada kenaikan ekonomi digital dari Rp 600 triliun menjadi Rp 4.500 triliun.

“Kita jangan hanya jadi penonton, atau penggunaan digital hanya sebatas untuk konsumsi media sosial. Harusnya bisa lebih dari itu. Makanya, literasi digital perlu diberikan kepada masyarakat,” katanya.

Ia mengaku, edukasi digital dan infrastruktur menjadi tantangan utama dalam mengoptimalkan digitalisasi. Termasuk menciptakan talenta-talenta digital.

Hal ini dirasakan oleh perusahaan startup (rintisan) di Indonesia. Menurutnya, para startup kesulitan mendapatkan SDM (Sumber Daya Manusia) seperti programmer sehingga tenaga kerja ini dipenuhi dari luar negeri.

Di samping itu, Telkom terus memperbesar peranannya yang kini tak hanya fokus pada infrastruktur digital. Tetapi juga menyasar bisnis di segmen digital platform dan digital service.

Ia mengatakan, pengembangan aplikasi-aplikasi akan terus dilakukan, baik yang akan digunakan untuk Pemerintah, swasta maupun masyarakat. Sehingga nantinya penggunaan digitalisasi bisa end to end.

Dia menuturkan, adanya event G20 bisa menjadi kesempatan BUMN untuk memperkenalkan terobosan dan inovasi-inovasi yang telah dilakukan kepada masyarakat global.

Apalagi perseroan memiliki program inkubasi startup, yang diharapkan ke depannya akan terus tumbuh dan mampu menjadi perusahaan yang go public bila mendapatkan mitra atau investor yang tepat.

“Rencananya, di G20 kami akan lakukan announcement. Ada beberapa kandidat startup yang sudah dicomblangkan dengan investor, mereka akan melakukan Perjanjian Kerja Sama (PKS) sebagai side event dari rangkaian kegiatan G20,” akunya.

Di kesempatan yang sama, Direktur Transformasi dan Digital PT Bio Farma (Persero) Soleh Ayubi mengungkapkan, selain digitalisasi dan energi, kesehatan global juga menjadi isu utama di ajang G20.

Berkaca pada Pandemi Covid-19 hampir dua setengah tahun lalu, kata dia, banyak negara mengalami kesulitan untuk mengakses alat-alat kesehatan, obat, vaksin bahkan masker.

Atas kondisi itu, sambungnya, lahir tren health global collaboration yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Perusahaan yang sebelumnya saling berkompetisi kini saling berkolaborasi. Tidak segan lagi membagi datanya.

“Makanya saat pandemi, pembuatan vaksin Covid-19 bisa cepat, hanya satu tahun. Beda bila dibandingkan saat membuat vaksin untuk polio, itu butuh 70 tahun. Inilah dampak positif dari kolaborasi,” ungkapnya.

Bahkan, perseroan telah membuat vaksin Covid-19 bernama Indovac, hasil kerja sama dengan perusahaan Amerika Serikat (AS). Rencananya, pihaknya akan memproduksi vaksin Indovac di dalam negeri dan dipasarkan tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga untuk global supply.

“Setelah mulai recovery dari pandemi, apalagi ada G20, tentu akan kami manfaatkan untuk meningkatkan kerja sama dan menjalin global partnership,” katanya.

Ia optimistis, dengan kemampuan yang dimiliki perseroan saat ini serta kerja sama global yang terjalin, maka bila ada pandemi lain yang mungkin terjadi, akan lebih siap dalam penanganannya.

Karena itu, pihaknya ingin membuat ekosistem kesehatan yang terintegrasi dan di-supported digitalisasi.

“Karena ini membuat cost lebih efisien dan penting juga dipikirkan bagaimana untuk mendeliver alat-alat kesehatan dan obat-obatan,” kata Ayubi.(RM.ID)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *