Jasa Marga Salahkan Pemda, Warga Blokir Pintu Tol

TANGERANG, BANPOS — Akses pintu tol Bitung diblokir oleh ratusan warga Desa Kadu, Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang, Rabu (16/11). Pemblokiran merupakan bentuk protes warga terhadap penyempitan drainase yang terjadi setelah pengelola tol membuat akses tol baru di wilayah tersebut. Mengecilnya ukuran drainase di tol kemudian menyebabkan air membanjiri rumah-rumah warga. Namun, Jasa Marga malah melemparkan kesalahan kepada Pemda.

Diketahui, pemblokiran dilakukan warga pada akses pintu tol Bitung menuju Jakarta. Mobil-mobil yang sudah terlanjur masuk ke pintu tol Bitung dipaksa untuk berputar arah. Akibatnya, terjadi kemacetan yang cukup panjang di Pintu Akses Tol Bitung.

Koordinator aksi unjuk rasa Desa Kadu, Mujan Arifin mengatakan bahwa masyarakat yang turun ke jalan hanya menagih janji dari pihak Jasa Marga. Perusahaan plat merah itu pernah berjanji pada Tahun 2020 lalu bahwa ketika hujan turun tidak akan ada banjir di rumah lagi.

“Kami hanya menagih janji dari mereka. Jadi kami mau, mulai Kamis 17 November tidak akan ada lagi banjir,” kata Mujan Arifin kepada Satelit News (BANPOS grup), Rabu (16/11).

Masyarakat juga menuntut bantuan dan ganti rugi akibat banjir. Sebanyak 500 KK di Desa Kadu mengalami kerugian materiil karena barang elektronik hingga kendaraan bermotor mereka rusak.

“Jasa Marga dan Astra Tol harus memikirkan kondisi warga. Jangan hanya memberikan makanan matang saja, ini banjir karena tol, dan banyak barang yang rusak akibat banjir. Masyarakat itu membutuhkan, kesehatan, anak-anak butuh popok. Selama ini yang turun dari Pemerintah Daerah saja, sementara Jasa Marga dan Astra Tol diam, ” ujarnya.

Mujan mengancam, apabila tuntutan warga tidak dipenuhi, maka masyarakat Desa Kadu, Kecamatan Curug akan kembali melakukan aksi unjuk rasa dengan jumlah yang lebih besar. Dan, dipastikan akan memblokir jalan tol Bitung untuk selamanya.

“Saat ini kita blokir sementara, sebagai bentuk protes. Namun, apabila nanti tuntutan warga tidak dipenuhi, akan kami blokir dan kita aksi kembali dengan jumlah warga yang lebih banyak, ” tegasnya.

Di sela-sela aksi, salah satu warga Desa Kadu, Rina mengatakan bahwa banjir yang melanda wilayahnya telah terjadi sebanyak dua kali, yaitu pada tahun 2020 dan 2022. Dan yang terparah merupakan banjir pada kali ini, bahkan ketinggian hingga mencapai 2 meter.

Menurut Rina, semua barang-barang elektronik hingga motor mengalami kerusakan yang cukup parah akibat banjir yang merendam rumah-rumah warga. Dan banjir itu disebabkan tandon air di pintu tol bitung mengalami melebihi batas. Sehingga air itu mengalir ke pemukiman warga sekitar.

“Dulu sebelum dibangun tol yang baru tidak pernah banjir. Karena drainasenya besar, sekarang karena ada pembangunan akses tol dan membuat drainase kecil malah jadi sering banjir, dan ini paling parah,” kata Rina.

Dia meminta pihak Jasa Marga bertanggung jawab atas terjadinya banjir yang melanda 500 KK warga Desa Kadu, Kecamatan Curug. Menurut Rina, pihak Jasa Marga hanya mengumbar janji kepada masyarakat, namun tidak pernah direalisasikan.

“Dulu Jasa Marga berjanji, bahwa tidak akan pernah terjadi banjir lagi, tapi mana buktinya. Sekarang banjir lebih parah, ” tanyanya.

Kepala Desa Kadu, Kecamatan Cikupa, Ardiansyah mengatakan, awalnya sebelum ada pembangunan gerbang tol baru, saluran air atau drainase cukup besar. Namun setelah dibangun akses gerbang tol yang baru, saluran drainase menyusut dengan lebar 1 meter saja.

Menurutnya, hal itu yang menjadi penyebab banjir. Kata Ardiansyah, tidak hanya rumah-rumah warga yang terendam banjir, tetapi akses jalan utama juga ikut terendam banjir. Sehingga masyarakat kesulitan untuk melintas.

“Sebelum ada gerbang tol baru, drainasenya besar, sekarang setelah dibangun akses tol baru, jadi kecil. Itulah salah satu penyebab banjir. Seharusnya, ketika daerah resapan semakin mengecil, drainase jangan diperkecil, tapi diperbesar. Ini kok malah diperkecil,” katanya.

Kata Kades, sedikitnya ada 500 KK yang terendam banjir yang terdiri dari tiga Rukun Warga atau RW. Dan warga yang terendam banjir sudah mengungsi selama 4 hari di pengungsian dan di rumah-rumah saudaranya.

“Biasanya waktu, salurannya masih besar, sehari juga sudah surut. Ini sampai 4 hari belum surut” ujarnya.

Kepala Departemen Maintenance Service Manajemen, Eko Saputra mengatakan, bahwa banjir yang melanda Desa Kadu, Kecamatan Curug bukan sepenuhnya kesalahan pihak Jasa Marga. Melainkan ada peran Pemerintah Daerah yang tidak berperan aktif dalam merawat saluran air.

“Jadi kita perlu ada diskusi dengan Pemda setempat ya, karena banjir yang terjadi di Bitung ini, bukan kesalahan Jasa Marga secara utuh,” katanya.

Dia mengaku, pihak Jasa Marga merasa kesulitan untuk membuang air ke sungai atau area yang merupakan hilir terdekat. Dia pun mempertanyakan, Pemerintah Daerah terkait kemana dialirkannya air yang merendam Desa Kadu.

“Masyarakat harus mempertanyakan Pemda setempat, apakah Pemda itu telah menyiapkan air itu dikemanakan, sebesar apa salurannya, dan apakah Pemda merawat salurannya,” tanyanya.

Katanya, pihak Jasa Marga sudah berupaya semaksimal mungkin untuk mengurangi banjir, dengan cara memompa air yang berada di tandon air, agar mengalir ke saluran pembuangan. Terkait tuntutan warga yang meminta dibuatkan gorong-gorong baru yang lebih besar. Eko mengatakan, bahwa pihak Jasa Marga membutuhkan waktu untuk memenuhi tuntutan tersebut.

Karena, proses pembuatannya terbilang cukup rumit. Untuk pembuatan gorong-gorong itu perlu ada kegiatan penggalian jalan untuk memasang pipa baru untuk membuat gorong-gorong jalan tol.

“Kalau tuntutan jangka panjang, seperti pembuatan gorong-gorong itu membutuhkan waktu. Tetapi tuntutan jangka pendek, seperti bantuan logistik dan sejenisnya, telah kita siapkan,” katanya.(PBN/BNN

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *