Cuma 3 Jam, Motor Tua Disulap Jadi Motor Listrik

JAKARTA, BANPOS – Pemerintah mengajak masyarakat yang memiliki motor tua agar mengkonversi menjadi kendaraan listrik. Hal itu bisa dilakukan di beberapa bengkel konversi resmi bersertifikat. Skema insentif berupa subsidi juga tengah disiapkan, agar harganya lebih murah.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, harga kon¬versi satu unit yang paling murah berkisar Rp 15 juta.

“Skema subsidinya ya nanti dibiaya konversi. Kami coba kurangi beberapa persen, jadi lebih murah,” ujar Arifin saat acara konvoi motor listrik ber¬tajuk ‘Electric Vehicle Funday’ di Jakarta, kemarin.

Konvoi motor listrik ini mengambil rute Balai Kota menuju Bundaran Hotel Indo¬nesia (HI). Acara tersebut juga sebagai bukti keseriusan Pemerintah mendorong penggunaan kendaraan listrik secara massal.

Hadir Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi, Penjabat (Pj) Gubernur DKIJa¬karta Heru Budi Hartono, Ketua Umum Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo) Moeldoko dan artis Andre Taulany.

Menurut Budi Karya Sumadi, masyarakat bisa langsung meng¬konversi kendaraan listrik di beberapa bengkel resmi berser¬tifikat. Pengerjaannya pun cepat, cukup 2-3 jam, kendaraan BBM sudah disulap jadi kendaraan listrik.

“Kami bidik ini, untuk meng¬ganti motor-motor veteran yang sudah berjasa sebelumnya. Kami upgrade lagi jadi baru. Negara bisa hemat kompensasi dan subsidi,” kata BKS-sapaan Budi Karya Sumadi.

BKS mengungkapkan ke¬unggulan dari mengguna¬kan kendaraan listrik. Selain bentuknya keren dan ramah lingkungan, kendaraan listrik juga lebih hemat daripada ken¬daraan yang berbahan bakar minyak (BBM).

“Bisa lebih irit 75 persen da¬lam sehari dibandingkan motor BBM. Kalau biasanya mengelu¬arkan uang Rp 100 ribu sehari, ini Rp 25.000 saja sudah cukup,” ungkapnya.

BKS menuturkan, berdasarkan hitungan yang dilakukan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1 liter BBM setara dengan 1,2 kilowatt hour (Kwh) listrik.

Dengan harga listrik per kWh Rp 1.444 atau dibulatkan Rp 1.500, berarti 1,2 kWh listrik harganya sekitar Rp 1.700. Artinya, penggunaan kendaran listrik jauh lebih hemat jika dibandingkan satu liter BBM yang saat ini seharga Rp 10.000-Rp 21.000.

Pada mobil listrik, menurut BKS, setiap kWh bisa men¬jalankan mobil listrik sejauh 5-7 kilometer. Sementara, dengan kapasitas penuh mobil listrik rata-rata sebesar 45 kWh, kendaraan listrik bisa melaju hingga 300 kilometer.

“Selain lebih hemat energi dan biaya, keuntungan lain yang didapat dari penggunaan kendaran listrik, yaitu lebih terjamin. Karena, Pemerintah akan terus mendorong semakin banyaknya fasilitas pengisian daya,” ujarnya.

Selanjutnya, BKS juga mengatakan, ada banyak insentif yang saat ini terus dibahas oleh kementerian dan lembaga. Mulai dari keringanan pajak, bebas ganjil genap, diskon daya listrik rumahan, bebas parkir dan se¬jumlah benefit lainnya.

Eks Dirut Angkasa Pura ll ini mengaku, menyiapkan tiga strategi. Pertama, menyasar penggunaan kendaraan listrik di kementerian dan lembaga, serta Pemerintah daerah.

Kedua, penggunaan kendaran listrik pada transportasi massal bus, taksi, dan sepeda motor (ojek online). Ketiga, memperbanyak fasilitas pengi¬sian daya.

Moeldoko menambahkan, besaran subsidi hingga ba¬gaimana mekanisme subsidi kendaraan listrik masih di¬godok Pemerintah.

Untuk mekanisme pemberian subsidi kendaraan listrik, kata Moeldoko, akan memperhati¬kan sejumlah pihak yang akan terlibat. Yakni, bengkel, yang memiliki sepeda motor, dan Pemerintah. Hal itu juga masih dibahas dan diatur.

“Termasuk yang mau beli motor juga kapan diberikan sub¬sidinya. Apakah pada saat keluar BPKB-nya atau pada saat tran¬saksi dan sebagainya. Ini sedang diatur,” ucapnya.(RM.ID)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *