LEBAK, BANPOS – Aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Lebak, Ratu Nisya Yulianti menilai kondisi Kabupaten Lebak mengalami kemunduran dengan masih maraknya kasus kekerasan dan pelecehan seksual kepada perempuan dan anak.
Ia mengatakan, perkembangan teknologi seharusnya menjadi penunjang kemajuan dengan potensi dan sumber daya yang dimiliki oleh daerah. Namun sayangnya, hal itu justru terbantahkan dengan kondisi saat ini.
“Berbagai problematika dan kasus yang terjadi di Kabupaten Lebak yang membuat masyarakat merasa dirugikan dan tidak aman,” kata Ratu kepada BANPOS, Rabu (30/11).
Ia menjelaskan, problematika yang dihadapi oleh Kabupaten Lebak cukup banyak. Diantaranya adalah ketidakharmonisan antara legislatif dan eksekutif di tataran Pemerintah Kabupaten Lebak yang diramaikan dengan perdebatan yang tidak substantif antara anggota legislatif dengan pimpinan eksekutif Kabupaten Lebak.
“Hal itu justru memperlihatkan bahwa ketimbang mengawal permasalahan masyarakat, eksekutif dan legislatif justru sibuk dengan masalah yang bersifat subjektif. Padahal lembaga legislatif dan eksekutif sejajar dan tidak boleh menjatuhkan satu sama lain,” jelas Ratu.
Selain itu, ia juga menyoroti kasus kekerasan terhadap anak yang masih belum terselesaikan oleh pemkab. Kegaduhan adanya kelompok gengster anak juga membuat masyarakat menjadi resah dan merasa tidak aman, peran pemerintah terlihat abai terhadap terciptanya suasana yang aman dan tentram.
“Kasus kekerasan dan pelecehan seksual terhadap perempuan dan anak yang kian meningkat, hal ini jelas memperlihatkan kemunduran,” terang Ratu.
Ia menilai, target Lebak ramah perempuan dan anak hanya menjadi angan-angan belaka saja, jika tidak ada kolaborasi seluruh elemen agar lebih dapat mempercepat penyelesaian permasalahan yang ada di Kabupaten Lebak.
“Di usia 194 Tahun Kabupaten Lebak, harus dilakukan evaluasi besar-besaran capaian dan permasalahan yang ada selama ini, agar apa yang menjadi harapan bersama akan secara maksimal tercapai,” tandasnya.(CR-01/PBN)
Tinggalkan Balasan