CILEGON, BANPOS – Perkumpulan Penggemar Bonsai Indonesia (PPBI) Cabang Kota Cilegon, menggelar pameran Bonsai tingkat lokal di lapangan parkir Transmart Kota Cilegon, Selasa (6/12). Pameran yang direncanakan dibuka selama 10 hari kedepan itu bertujuan meningkatkan dan mengembangkan ekonomi kreatif di Kota Cilegon.
Penasihat PPBI Cabang Kota Cilegon, Faturohmi mengatakan, melalui kegiatan pameran bonsai diharapkan dapat mendongkrak perhotelan dan rumah makan untuk datang ke pameran Bonsai dan membeli Bonsai. Dengan demikian maka ekonomi masyarakat dari budidaya Bonsai tersebut meningkat.
“Melalui kegiatan pameran ini diharapkan bisa menarik minat para pelaku usaha hotel dan rumah makan yang ada di Cilegon untuk membeli Bonsai. Sehingga dapat meningkatkan ekonomi dan PAD Pemkot Cilegon,” kata Faturohmi di sela-sela kegiatan pameran.
Faturohmi menjelaskan banyak keuntungan yang didapatkan dari budidaya Bonsai selain memiliki nilai jual yang cukup tinggi. Namun juga dapat membuat halaman rumah atau lingkungan menjadi asri. “Keuntungan banyak, selain mendapat uang. Namun juga bisa membuat suasana lingkungan atau halaman rumah menjadi asri dan indah dipandang,” ujar Faturohmi.
Anggota DPRD Kota Cilegon ini menambahkan tidak sulit untuk melakukan budidaya Bonsai. Hanya cukup mencari pohon berbatang keras, memiliki ranting dan bercabang maka budidaya Bonsai dapat dilakukan hingga bisa memiliki harga jual yang cukup tinggi.
“Cukup mencari pohon yang memiliki batang yang keras, memiliki ranting dan bercabang banyak juga bisa membuat Bonsai. Kalau hasilnya bagus bisa bisa bernilai tinggi untuk dijual,” ungkapnya.
Ditempat yang sama, Ketua PBBI Cabang Kota Cilegon Samsul Rizal mengatakan, pemeran Bonsai ini baru pertama kali digelar di Kota Cilegon. Ada sebanyak 330 peserta lokal Banten yang mengikuti pameran ini. “Pesertanya ada 330 peserta dari lokal saja, Cilegon Serang, Labuan, Anyer sampai Ujung Kulon terjauh,” kata Samsul kepada awak media, Selasa (6/12).
Ia menyatakan, kegiatan ini terbuka untuk Umum. Dengan pameran ini, pihaknya akan mengedukasi pengunjung dengan menjelaskan apabila ada pertanyaan-pertanyaan terkait Bonsai. “Kita edukasi ke pengunjung, dan tugas kita mendampingi pengunjung menjelaskan apabila ada pertanyaan-pertanyaan untuk umum,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Litbang PPBI Cabang Kota Cilegon, Qiwong menjelaskan, Bonsai merupakan miniatur pohon besar yang ada di alam dengan berbagai bentuk yang disesuaikan dengan fenomena alamnya. Dikatakan Qiwong, Bonsai tidak ada istilah jadi karena Bonsai merupakan seni hidup yang tidak pernah selesai yang ditandai dengan pohon Bonsai yang masih hidup dan berkembang.
“Bonsai itu tidak ada istilah jadi, karena Bonsai merupakan seni hidup dan tidak pernah mati. Selama Bonsai itu hidup dan berkembang maka itu masih memiliki seni dan bisa memiliki nilai jual,” ujar Qiwong.
Qiwong menyampaikan, banyak cara untuk budidaya Bonsai. Bisa melalui biji, cangkok, stek dan ada juga dari alam. Kalau budidaya dari alam cukup mengekspresikan dan dibuat miniatur. Meski demikian, Qiwong menyampaikan, Bonsai bisa bersifat individual dan bisa juga bersifat universal yang ada hubungannya dengan komersial. Menurutnya, kalau Bonsai yang bersifat individual itu dapat memberikan kepuasan tersendiri dengan begitu maka Bonsai tidak memiliki standar harga Bonsai.
“Caranya banyak, bisa melalui bijian, cangkok dan stek. Tinggal bagaimana kita cara mengekspresikan. Selain itu, Bonsai bisa bersifat individual bisa jug komersial. Kalau individual hanya bersifat kepuasan seni, sedangkan komersial itu bisa dijadikan Bonsai agar memiliki nilai jual yang cukup tinggi,” ungkapnya.
Dibagian lain, Kepala Bidang (Kabid) Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Cilegon Nelly Evalinda mengatakan, dalam kegiatan event ini ada transaksi jual beli bonsai dan pelatihan menanam bonsai. “Dengan tujuan event ini adalah untuk meningkatkan perekonomian masyarakat,” ujarnya.
“Ini bagian dari Ekraf ya, dan kita harus support mereka terus,” tambahnya.
Dirinya berharap, pariwisata di Kota Cilegon semakin berkembang dan meningkat, dengan didasari kerjasama pemerintah dan stakeholder dan juga masyarakat. “Saling bahu-membahu dan peduli dengan lingkungannya, karena pariwisata bergantung sekali dengan lingkungan alam,” pungkasnya. (LUK/RUL)
Tinggalkan Balasan