Bersama Sahabat Nurani, Santri Bangun Jiwa Empati

DALAM rangka membangun empati peduli santri, Pondok Pesantren Sabilurrahman, Cibajo, Kecamatan Walantaka, Kota Serang, bekerjasama dengan Sahabat Nurani (SN) menginisiasi program pengabdian santri untuk Gempa Cianjur. Program tersebut melibatkan 35 siswa serta gurunya yang diberangkatkan selama lima hari di beberapa wilayah terdampak  seperti di Cadas Gantung, Gunung Lanjung.  

Para relawan santri ini dibekali dengan alat pembersih puing seperti sekop, pengki dan linggis. Kegiatan dimulai pada pagi hari bersama masyarakat setempat diawali dengan membersihkan puing-puing bangunan masjid yang sudah rata dengan tanah hingga menjelang waktu Maghrib. SN sebagai lembaga kemanusiaan yang sedari awal sudah beroperasi di Cianjur, selain memfasilitasi para santri dalam mengabdikan dirinya, SN juga menyiapkan makanan siap saji bagi santri dan masyarakat yang bekerja dan yang terdampak gempa.

Abah Opa Mustopa, Pimpinan Pondok Sabilurrahman menyampaikan sejumlah pesan saat pembekalan pelepasan program Sabil peduli. Ia mengatakan, kegiatan yang dilaksanakan selama 5 hari itu dalam rangka refleksi dan aksi nyata membantu masyarakat dalam bingkai keberpihakan dan kepedulian.

“Sebagai bentuk keberpihakan kami para santri, asatidz dan wali murid, maka kami menghadirkan siswa di lokasi bencana untuk berbuat atau membantu merupakan kemuliaan dan syarat mutlak bagi hadirnya keimanan. Dimana mereka bisa melihat langsung apa yang terjadi, merenungkan serta merefleksikannya dengan aksi nyata yaitu membantu masyarakat  dengan bingkai keberpihakan dan kepedulian,” ujarnya.

Senada disampaikan Ais Komarudin, Direktur Sahabat Nurani. Pada kesempatan tersebut, ia menyampaikan bahwa ujian sesungguhnya atas peristiwa bencana Cianjur ini bukan untuk mereka yang telah berdamai dengan takdir, justru ini adalah ujian untuk setiap orang yang masih bisa tertawa, tidur nyenyak, agar kita peduli, agar dapat hadir membantu sesamanya.

“Keterpilihan Pesantren Sabilurrahman untuk terlibat langsung adalah keterpilihan langit, patut menjadi teladan bagi pesantren lain di Banten,” katanya.

Ais menegaskan, kesholehan spiritual santri memang penting. Namun kesholehan sosial juga amat sangat penting sebagai aplikasi dari nilai-nilai spiritual yang selama ini ditanamkan.

“Melihat realitas tersebut, Sahabat Nurani mengajak kepada seluruh elemen anak bangsa untuk berusaha hadir membersamai, menguatkan, berempati dengan apa yang bisa dilakukan. Tidak selalu dengan materi, tapi tenaga juga sangat diperlukan,” tuturnya. 

Lebih jauh, ia mengatakan bahwa menjadi sebuah keberanian yaitu dengan apa yang dilakukan Pondok Pesantren Sabilurrahman. Menurutnya, hal ini merupakan contoh nyata keberpihakan bukan hanya bisa meringankan mereka yang terdampak, tapi hadir juga nilai-nilai kerelawanan, kedermawanan serta jiwa keberpihakan atas derita yang dialami sesama anak bangsa.

“Sahabat Nurani konsisten untuk terus menjadi jembatan kebaikan bagi siapapun yang ingin terlibat dalam giat giat kemanusiaan ini.Semoga apa yang dilakukan Sabilurrahman bisa menginspirasi pesantren blain di Banten yang jumlahnya ribuan,” tandasnya. (MUF/AZM)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *