SERANG, BANPOS – Target pendapatan asli daerah (PAD) sektor retribusi pasar atau salar tahun 2022 ambyar atau tidak mencapai target. Dari target yang ditetapkan sebesar Rp1,3 miliar, namun realisasinya hanya mencapai 69 persen atau sekitar Rp830 juta.
Hal itu diungkapkan oleh Kepala UPT Pasar pada DinkopUKMPerindag Kota Serang, Achmad Muhit, Selasa (3/1). Menurutnya, tidak tercapainya retribusi pasar itu dikarenakan sepinya pengunjung pasar karena musim penghujan ditambah dengan adanya inflasi.
“Capaian target retribusi pasar tahun 2022 baru 69 persen atau Rp830 juta, enggak mencapai target karena memang pasar ini sepi,” ujarnya.
Muhit menjelaskan bahwa pihaknya menarik retribusi dari 6 pasar yang sudah ditetapkan sebagai penghasil PAD antara lain Pasar Induk Rau, Pasar Lama, Pasar Karangantu, Pasar Kepandean, Pasar Margaluyu dan Pasar Kalodran. Ia menyampaikan bahwa pihaknya menarik salar setiap hari sebesar Rp2.000.
“Kurang lebih kios ada 5000an kios di 6 pasar itu dengan nilai retribusinya masih sama yaitu Rp2.000 per hari, per kios,” katanya.
Pada kesempatan tersebut, Muhit juga mengaku berkurangnya capaian retribusi pasar tahun 2022 ini dikarenakan kegiatan kearifan lokal keagamaan seperti Maulid Nabi Muhammad SAW tahun tersebut sepi. Ditambah dengan adanya inflasi, sehingga daya beli masyarakat menjadi menurun hingga faktor cuaca yang juga mempengaruhi tidak tercapainya target retribusi pasar.
“Yang biasanya bulan Mulud (Maulid) itu pasar ramai, sekarang mah sepi, berbeda dari tahun-tahun sebelumnya yang kalau masuk bulan Mulud itu pasar-pasar ramai. Ditambah lagi ada inflasi lalu harga melonjak, bahkan di Pasar Rau stoknya tipis, jadi semakin sepi,” tuturnya.
Ia juga menyampaikan penyebab lain tidak tercapainya retribusi adalah kondisi Pasar Margaluyu yang masih sepi, bahkan sehari hanya mencapai Rp10.000 salar dari 5 kios yang aktif berjualan di pasar tersebut. Namun pihaknya mengaku optimistis di tahun 2023 ini, target retribusi pasar yang masih sama yaitu Rp1,3 miliar dapat tercapai bahkan terlampaui.
“Untuk target masih sama. Mudah-mudahan target itu bisa tercapai bahkan melampaui, kami optimis dan memang harus mencapai target, kalau tahun 2022 saya rasa kurang satu bulan untuk mencapai target,” ucapnya.
Untuk meningkatkan pendapatan retribusi, di tahun 2023 ini, DinkopUKMPerindag memberlakukan pembayaran retribusi dengan metode non tunai yaitu Qris. Hal ini juga digunakan untuk mencegah terjadinya kebocoran-kebocoran apabila penarikan retribusi dilakukan masih non tunai.
“Upaya yang dilakukan dengan memberlakukan Qris di tahun 2023 ini, non tunai semua, jadi tidak ada lagi bayar tunai. Kalau bayar tunai ini kan tidak ketahuan siapa yang tidak bayar, kalau non tunai ini akan ketahuan siapa yang belum membayar nanti kita akan tagih,” tandasnya.(MUF/PBN)
Tinggalkan Balasan