JAKARTA, BANPOS – Reaktivasi sistem autogate yang dilakukan Direktur Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM (Hak Asasi Manusia) Silmy Karim, Kamis (26/1), di Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta), diharapkan bisa dilakukan di bandara-bandara lain. Baik itu yang dikelola PT Angkasa Pura (AP) II maupun AP I.
Pasalnya, sistem ini mem¬buat pemeriksaan penumpang di kantor imigrasi bandara kian efektif dan efisien.
Pengamat penerbangan Gatot Rahardjo mengatakan, sistem autogate ini sudah sewajarnya difungsikan kembali. Terlebih jumlah orang yang bepergian ke luar negeri maupun yang datang dari luar negeri, mulai menun¬jukkan peningkatan.
“Pasca pandemi, orang yang mau bepergian kan jumlah¬nya makin banyak. Termasuk wisatawan mancanegara yang diprediksi bertambah (jumlah¬nya),” ujar Gatot kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Gatot bilang, sistem autogate ini sudah biasa digunakan di bandara-bandara luar negeri. Sedangkan di Indonesia, khusus¬nya ketika terjadi penurunan penumpang yang dahsyat saat pandemi, sistem ini menjadi berfungsi tidak optimal.
“Di Indonesia, itu sebenarnya sistem canggih sudah banyak digunakan. Tapi kadang opera¬sional dan perawatannya kurang memadai,” keluh Gatot.
Karena itu, dengan dilakukan¬nya reaktivasi sistem autogate di bandara Soetta tersebut, diharap¬kan bisa dirawat dan dipantau dengan baik.
“Tetap harus ada yang me¬mantaunya. Apakah berfungsi optimal? Sistemnya harus benar-benar terkoneksi,” imbaunya.
Selain itu, sistem autogate ini sebaiknya juga terus diperluas penggunaannya di bandara-bandara lain, selain di Soetta.
“Penting juga dipasang di bandara-bandara, yang lalu lintas (penerbangan atau penumpang) internasionalnya tinggi,” katanya.
Misalnya, kata dia, di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali dan Bandara Interna¬sional Juanda, Surabaya.
“Di (Ngurah Rai) Bali seper¬tinya sudah ada autogate. Tapi apakah tetap dioperasikan atau diistirahatkan, itu harus dicek lagi,” katanya.
Menurut Handy, hal ini ke¬inginan dari seluruh stakeholder atau pemangku kepentingan di bandara. Seperti maskapai, Air¬nav, Imigrasi, BC (Bea Cukai), Karantina, KKP (Kantor Keseha¬tan Pelabuhan), groundhandling, kepolisian dan sebagainya.
“Karena kami adalah sistem. Bila salah satu down, maka akan mengganggu flow yang ada,” ucap Handy singkat kepada Rakyat Merdeka, kemarin
Sebelumnya, bertepatan dengan hari ulang tahun Imigrasi ke-73, Kantor Imigrasi Bandara Soekarno Hatta meresmikan sistem autogate baru di Terminal 2, Kamis, (26/1).
Sistem ini diresmikan lang¬sung oleh Direktur Jenderal (Dirjen) Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM Silmy Karim dan turut hadir Presiden Direktur Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin.
Silmy menjelaskan, autogate baru ini untuk mempercan¬tik wajah Indonesia di mata masyarakat luar negeri.
Sehingga masyarakat luar negeri, khususnya investor, tertarik saat berkunjung ke In¬donesia. Imbasnya, pemasukan dan ekonomi Indonesia akan meningkat.
Selain itu, dengan sistem autogate baru ini, hanya perlu belasan detik bagi penumpang untuk pencocokan wajah hingga bisa masuk ke dalam terminal keberangkatan.
Mantan bos Krakatau Steel ini optimistis, dengan adanya 10 unit autogate ini, maka lalu lintas pelaku perjalanan inter¬nasional akan lebih efektif dan efisien.“Kini kami (Imigrasi) hadirkan kembali mesin auto¬gate yang baru di Teminal 2, lebih canggih dan modern. Ada 5 unit di area keberangkatan dan 5 unit di area kedatangan,” kata Silmy.
Menurut dia, autogate ini memberikan pengalaman pe¬layanan contactless dan dileng¬kapi kamera face recognition.
Tak hanya itu, dia juga sempat melihat pengoperasian autogate serta berbincang dengan penumpang, yang sudah menggu¬nakan autogate tersebut.
Selain autogate, Direktorat Jenderal (Ditjen) Imigrasi juga meresmikan pengoperasian Unit Pelayanan Percepatan Paspor (UP3).
“UP3 ini berada di lantai 4 area perkantoran gedung parkir Terminal 3 Internasional. Unit dibuka setiap hari mulai pukul 08.00 – 11.30WIB,” imbuhnya.
Untuk diketahui, pengoperasian autogate ini dilakukan menyusul reaktivasi autogate di Terminal 3 pada pertengahan Januari lalu, yang sempat ter¬henti selama dua tahun akibat pandemi Covid-19.(RMID)
Tinggalkan Balasan