Ekonomi Kuat Jadi Bekal Hadapi Resesi

JAKARTA, BANPOS – Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat pada 2022 dapat menjadi bekal untuk menghadapi potensi resesi global pada 2023. Dengan modal ini, Pemerintah optimistis, kita bisa terhindar dari jurang resesi.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, di antara negara G20, pertumbuhan ekonomi Indonesia menempati peringkat tertinggi kedua setelah Arab Saudi.
Dari berbagai data, kemungkinan Indonesia menghadapi resesi tahun ini hanya 3 persen.
“Artinya, 97 persen insya Allah tidak ada resesi,” ujar Airlangga saat menghadiri acara Penanda¬tanganan Komitmen Aksi Pence¬gahan Korupsi 2023/2024 di Gedung KPK, Jakarta, kemarin.
Sebelumnya, Airlangga mengatakan, Pemerintah bekerja sama dan berkolaborasi dengan semua pihak. Termasuk pihak swasta dan masyarakat dalam rangka mendorong percepatan pemulihan ekonomi nasional.

Menurut Ketua Umum Partai Golkar ini, kolaborasi dan sinergi dengan semua pihak sangat penting dalam menghadapi ber¬bagai risiko dan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 5,3 persen di 2023.
“Kami melihat masih ada ru¬ang untuk mendorong konsumsi dan investasi yang bersumber dari tabungan rumah tangga (menengah atas) dan korporasi. Ini untuk mencapai target investasi penanaman modal Rp 1.400 triliun pada 2023, dan Rp 1.650 triliun tahun 2024,” jelas Airlangga.
Dalam jangka menengah pan¬jang, lanjut Airlangga, Pemerintah juga akan terus mendorong kebi¬jakan ekonomi transformatif.
Kebijakan tersebut, antara lain kebijakan hilirisasi Sumber Daya Alam (SDA), transisi energi, pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dan pem-bangunan infrastruktur.
Dengan menargetkan 30 Proyek Strategis Nasional (PSN) selesai pada 2024 dan estimasi nilai investasi sekitar Rp 360 triliun, Pemerintah mengharapkan du¬kungan dari berbagai pihak.Baik pelaku usaha, industri jasa keuangan dan para investor untuk mengawal program hilirisasi.

“Pemerintah juga terus mendorong percepatan tran¬sisi energi nasional. Termasuk pengembangan ekosistem Elec¬tric Vehicles (EV), dengan mem-berikan insentif supaya bisa lebih maju lagi,” tegas Airlangga.
Senada, ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy menilai, ekonomi Indonesia jauh dari ju¬rang resesi meski diramal bakal tumbuh lebih lambat dari 2022.
“Prediksi kami, ekonomi na¬sional mampu tumbuh 4,5 hingga 5,0 persen tahun ini, meski ekono¬mi negara seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa terpuruk akibat lonjakan inflasi dan pengetatan moneter,” kata Yusuf kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Namun begitu, Yusuf meminta Pemerintah tetap mewas¬padai dampak dari inflasi global yang akan menekan daya beli masyarakat berpendapatan ren-dah. Kondisi tersebut kemungkinan masih menahan pemulihan mobilitas jarak jauh.
“Konsumsi rumah tangga diprediksi tetap kuat dan melam¬paui tingkat konsumsi pra-pan¬demi,” ujarnya.

Yusuf menyarankan Pemerin¬tah mengejar realisasi investasi sebagai upaya mempertahankan kinerja perekonomian di tahun ini. Pemerintah juga harus men¬jaga daya beli masyarakat dan memanfaatkan ruang fiskal.
“Ini penting untuk memper¬tahankan kinerja ekonomi tahun 2023,” tutur Yusuf.(RMID)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *