Bukan Ban Serep Lagi, Kekuatan Cawapres Harus Dihitung Betul

JAKARTA, BANPOS – Survei teranyar Indikator Politik Indonesia bertajuk Dinamika Elektoral Capres dan Cawapres Pilihan Publik dalam Dua Surnas Terbaru yang dirilis pada Minggu (26/3), mengungkap fakta bahwa tak ada satu pun Capres yang dominan.
Dalam simulasi 3 nama, Ganjar memang menempati peringkat pertama dengan elektabilitas 36,8 persen. Namun, angkanya stagnan dalam beberapa bulan terakhir.
Prabowo yang mengantongi angka 27 persen, elektabilitasnya sempat melemah. Tapi, kembali kompetitif dalam beberapa bulan.
Sementara Anies yang mencetak angka 26,8 persen, sempat mendapat momentum ketika dicapreskan oleh NasDem, Demokrat, dan PKS. Namun, saat ini elektabilitasnya melemah.

Terkait hal tersebut, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanudin Muhtadi mengingatkan, penting bagi kita untuk memfokuskan perhatian pada kekuatan Cawapres, yang mampu menutupi kelemahan elektoral Capres.

Dengan kata lain, kekuatan Capres harus diperhitungkan.
“Peristiwa ketika Pak SBY menggandeng Pak Budiono di 2009, Pak Jokowi menggandeng Kiai Maruf di 2019, itu sulit terulang di 2024. Di Pemilu 2024, Capres harus bisa mencari pasangan yang tepat. Karena sejauh ini, tidak ada Capres yang kuat,” papar Burhan dalam konferensi virtual yang ditayangkan via YouTube, Minggu (26/3).
“Di Pemilu 2024, Cawapres bukan ban serep lagi. Peran Cawapres menjadi kunci kemenangan, sekaligus memastikan visi misi Capres bisa tereksekusi dengan baik,” imbuhnya.
Dari simulasi 18 nama yang dipaparkan, Ridwan Kamil menduduki posisi teratas dengan angka 20,3 persen. Namun, angka elektabilitasnya dengan tiga nama yang membuntuti, hanya selisih tipis. “Berada dalam margin of error,” ucap Burhan.
Tiga nama tersebut adalah Sandiaga Uno (14,2 persen), Agus Harimurti Yudhoyono/AHY (13,4 persen), dan Erick Thohir (12,9 persen).
“Secara tren, Ridwan Kamil turun. Erick naik tajam. AHY sedikit naik. Yang lainnya turun,” jelas Burhan.
Pola serupa juga tercermin di simulasi 9 nama. Ridwan Kamil masih berada di peringkat pertama. Namun elektabilitasnya pada Februari 2023, turun tajam dibanding Desember 2022. Dari 24,1 persen menjadi 21,2 persen.

Sementara Sandi, sedikit naik. Dari 14,8 persen menjadi 16,4 persen. Begitu juga AHY, dari 13,6 persen menjadi 14,5 persen.

“Erick Thohir naik tajam. Dari 10,3 persen menjadi 14,5 persen. Dukungan terhadap Erick, menguat lebih besar,” cetus Burhan.

Dari simulasi 5 nama Cawapres, Erick juga paling gemilang. Elektabilitasnya terus meningkat, dari November 2022, Desember 2022, hingga Februari 2023. Dari angka 12,9 persen, naik menjadi 13,2 persen. Lalu meroket menjadi 17,6 persen.

Sementara Ridwan Kamil, tercatat 25,2 persen pada November 2022. Lalu naik menjadi 25,9 persen pada Desember 2022. Namun, anjlok menjadi 22 persen pada Februari 2023.

Dalam periode yang sama, Sandi berada di angka 17,9 persen, lalu turun menjadi 16,7 persen, dan susut lagi menjadi 16,3 persen.

AHY mencetak angka 17,7 persen, lalu turun menjadi 16 persen, dan naik lagi menjadi 17,2 persen.
Sedangkan Khofifah Indar Parawansa, terdata dengan angka 8,7 persen, lalu naik jadi 9,5 persen, dan turun sedikit menjadi 9,4 persen.

Survei Indikator Politik Indonesia ini dilakukan dalam dua periode. Pertama, pada periode 9-16 Februari 2023, melibatkan 1.220 responden berusia 17 tahun ke atas atau telah memiliki hak pilih. Kedua, dalam periode 12-18 Maret 2023, menyasar 800 responden.
Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan metode multistage random sampling, pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Quality control terhadap hasil wawancara, dilakukan secara random sebesar 20 persen dari total sampel oleh supervisor, dengan kembali mendatangi respanden terpilih (spot check).
Dalam quality control, tidak ditemukan kesalahan berarti.(RMID)
v

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *