SERANG, BANPOS – Polresta Serang Kota akhirnya mengungkap perkembangan kasus pembunuhan Kepala Desa Curuggoong, yang disuntik mati oleh oknum mantri. Sementara pelaku pembunuhan mengaku jika dirinya tidak berniat membunuh dengan cara menyuntik korban.
Kasubbid Toksikologi Forensik pada Puslabfor Bareskrim Polri, Kompol Faizal Rachmad, dalam konferensi pers di Mapolresta Serang Kota, mengemukakan jika pihaknya menemukan cairan obat bius Rocuronium pada tubuh korban.
Menurutnya, obat bius tersebut tidak boleh digunakan oleh tenaga medis biasa seperti pelaku yang merupakan mantri. Ia menegaskan bahwa obat itu harus digunakan oleh spesialis dokter seperti ahli anestesi.
“Jadi obat bius itu harus digunakan oleh dokter spesialis anestesi. Karena kalau melampaui dosisnya, bisa meninggal. Karena overdosis tadi menyebabkan korban meninggal,” ujarnya kepada awak media, Selasa (28/3).
Ia menjelaskan, efek obat bius Rocuronium itu mengakibatkan kejang-kejang dan hilang kesadaran, kemudian mengeluarkan busa di mulutnya. Akibat overdosis obat tersebut mengakibatkan korban meninggal dunia.
“Biasanya obat bius jenis ini standarnya minimal penggunaanya 0,6 miligram per berat tubuh. Tapi tergantung masing-masing tubuh manusia kebutuhannya. Ini kita sudah memeriksa sudah 3 sampai 4 kali. Jadi obat itu yang kita temukan dari hasil pemeriksaan lab,” tuturnya.
Sementara sang pelaku pada saat konferensi pers, mengatakan bahwa sebetulnya ia tidak memiliki niatan untuk membunuh korban dengan cara menyuntik Rocuronium ke korban. Meski demikian, ia mengakui jika obat itu dia ambil dari rumah sakit tempat ia bekerja. “Obat ngambil dari rumah sakit sesuai dengan 55 cc, obat Rocuronium,” katanya.
Suhendi mengatakan bahwa sebetulnya, penyuntikan itu dilakukan hanya untuk melemaskan otot dari korban. Dengan tujuan awal mempertanyakan kabar perselingkuhan, ia takut jika harus berkelahi satu lawan satu dengan korban.
“Tujuannya hanya untuk melemaskan ototnya saja. Karena kalau saya ngasih tau ke yang lain, perselingkuhan ini hanya aib. Makanya saya mau klarifikasi secara diri sendiri. Intinya saya mau ngasih efek jera ke beliau karena saya badan kecil dia besar. Karena kalau kita, sparing (satu lawan satu), saya kalah duluan,” ungkapnya.
Menurutnya, 10 menit setelah ia menyuntikkan obat tersebut ke korban, tidak ada kejang-kejang yang terjadi. Korban hanya syok dan mengeluarkan keringat saja. Dengan adanya efek itu, ia pun meminta tolong ke warga sekitar untuk dibawa ke puskesmas.
“Di puskesmas pun saya yang menolong. Niat setelah dia lemas pengen nonjokin. Pengen nonjokin niatnya, tapi efeknya lain diluar jangkauan saya,” tandasnya. (DZH/AZM)
Tinggalkan Balasan