Perajin Daun Pandan di Binuangeun Keluhkan Harga Jual

LEBAK, BANPOS – Perajin bahan baku anyaman daun pandan di Kecamatan Wanasalam mengaku mengeluh karena harga jual yang terlalu rendah dari pengepul. Disebutkan, untuk satu kilogram bahan baku anyaman hanya dihargai Rp4.500.

Dalam sehari satu perajin hanya mampu menghasilkan empat sampai lima kilogram bahan baku anyaman. Selain rumitnya proses yang dikerjakan, faktor cuaca juga berpengaruh karena daun pandan usai direbus harus dijemur selama 12 jam dibawah terik matahari.

Salah seorang perajin asal Desa Muara, Enjun, mengaku dirinya sangat berharap pemerintah bisa memberi perhatian untuk memfasilitasi perajin agar tak lagi membuat bahan bakunya saja. Jika ada pelatihan pembuatan kerajinan pastinya harga jual tak lagi rendah.

“Dari dulu harganya segini saja, jika dibandingkan dengan harga tikar pandan saja tak seimbang. harga tikar Rp100-200 ribu, kan tidak seimbang. Kami berharap pemerintah bisa memberikan pelatihan agar ibu-ibu disini bisa mahir membuat kerajinan anyaman daun pandan,” ungkap Enjun.

Dikatakan, Desa Muara sendiri merupakan salah satu pemasok daun pandan di Kabupaten Lebak. Daun ini untuk bahan baku tikar pandan dan kerap dipesan para pengepul untuk dipasok ke Tasikmalaya Jawa Barat.

“Daun pandan di sini sering dipesan oleh pengepul untuk pasokan perajin tikar dari daerah Tasikmalaya,” terangnya.

Diketahui, di Kabupaten Lebak ada dua daerah pemasok daun pandan, yaitu Desa Sukamanah di Kecamatan Malingping dan Desa Muara di Wanasalam.

Aktivis Lebak, Ahmad Rifai mengatakan para perajin tersebut perlu perhatian pemerintah.

“Mayoritas perajin daun pandan masih hidup dibawah garis kemiskinan, dengan penghasilan per hari tak sampai Rp50 ribu. Di lain hal, ada sebenarnya potensi besar yang dimiliki dengan mengolah bahan baku menjadi barang jadi bernilai ekonomi dan ini butuh perhatian pemerintah,” ujarnya.

“Keberadaan mereka ini butuh pembinaan keterampilan dari bahan baku itu. Jangan sampai mereka cuma jadi pemasok bahan baku saja,” imbuhnya.

Ahmad Rifai mengharapkan, pemerintah lebih peka membaca peluang bagaimana kesejahteraan masyarakat bisa ditingkatkan.

“Bahan baku daun pandan di Kabupaten Lebak melimpah ruah, tapi sebagian besar dipasok ke Kabupaten Tasikmalaya. Di Tasik saya lihat di toko online, harga tikar saja jadi Rp100 ribu, topi anyaman jadi Rp50 ribu. Harganya 10 kali lipat, bahkan 20 kali lipat,” terang Rifai.(WDO/PBN)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *